CTSS IPB University Undang Para Pakar Bahas Pembiayaan Berkelanjutan di Sektor Pertanian
Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB University kembali mengadakan seri Bimonthly Talks on SDGs, 19/7. Seri kedua diskusi ini membahas tentang pembiayaan berkelanjutan di sektor pertanian.
Prof Damayanti Buchori, Kepala CTSS IPB University mengatakan, seri diskusi ini merupakan bagian dari side event Task Force 4 Food Security and Sustainable Agriculture pada T20. Ia melanjutkan, pembiayaan menjadi kunci dalam penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan.
“Inovative financing itu perlu dilahirkan agar emisi karbon maupun kerusakan-kerusakan lingkungan itu bisa dikurangi ketika teknologi hijau yang saat ini memang sangat dibutuhkan,” kata Prof Damayanti Buchori, pakar entomologi dari Departemen Proteksi Tanaman, IPB University.
Pada seri diskusi ini, narasumber yang dihadirkan adalah Prof Hermanto Siregar, pakar ekonomi dari IPB University dan Dr Vivi Yulaswati, Kepala Sekretariat Nasional SDGs Indonesia.
Dalam paparannya, Dr Vivi Yulaswati menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia telah berupaya mengembangkan ekosistem pembiayaan untuk mewujudkan sustainable development goals (SDGs). Beberapa sistem yang sudah digagas yaitu sustainable financing, green taxonomy, IDX ESG Leaders, Sharia Ecosystem Energy, SDGs Bond dan Green Sukuk, Indonesia Impact Fund, SDGs Investor mapping, INFF, dan standard for sustainable development and better life.
Ia juga melanjutkan, pemerintah juga mengembangkan berbagai strategi di antaranya adalah strategi produktivitas ekonomi dan modernisasi pertanian. Ia menyebut, upaya modernisasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
“Dengan upaya ini diharapkan dapat menjamin pasokan bahan pangan melalui sistem pangan dan pertanian nasional yang berkelanjutan, pasokan bahan baku industri serta pengembangan ekonomi wilayah,” kata Dr Vivi.
Ia menjelaskan, untuk menjamin pasokan bahan baku industri, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti pembentukan korporasi petani dan nelayan, penguatan penyuluh pertanian, peningkatan sarana dan prasarana pertanian, peningkatan kualitas dan diversifikasi, serta perbaikan pascapanen dan distribusi. Sementara, untuk penjaminan pengembangan ekonomi wilayah, dilakukan pengembangan kawasan sentra produksi pangan berbasis pertanian digital dan regenerasi petani.
Terkait perkembangan pembiayaan inovatif di sektor pertanian, Vivi menjelaskan bahwa pemerintah telah melakukan sejumlah mekanisme permodalan untuk pertanian dan ketahanan pangan. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah memberikan skema pembiayaan inovatif meliputi peningkatan input, inovasi dalam pascapanen dan penyimpanan, serta peningkatan layanan teknologi informasi untuk transaksi pasar.
“Investasi di sektor pertanian sangat penting untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja, dan membangun ketahanan terhadap bencana maupun guncangan,” kata Vivi Yulaswati.
Sementara, Prof Hermanto Siregar menjelaskan bahwa inovasi pembiayaan di sektor pertanian dapat memodifikasi sistem pembiayaan hijau yang sudah ada. Menurutnya, dalam pembiayaan di sektor pertanian dapat memanfaatkan pendanaan publik maupun non-publik.
“Kita harus memikirkan bagaimana sistem pembiayaan pertanian kita itu bisa lebih memprioritaskan petani kecil karena petani kita kebanyakan masih mikro atau gurem,” kata Prof Hermanto.
Dosen IPB University itu menyebut, dengan memprioritaskan petani mikro atau gurem, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Tidak hanya itu, dengan meningkatkan kesejahteraan petani mikro, diharapkan juga dapat meningkatkan ketahanan pangan. (*)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/ctss-ipb-university-undang-para-pakar-bahas-pembiayaan-berkelanjutan-di-sektor-pertanian/531d20fec27a02b7bbdc6db5edb06c4e