0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

IPB University dan AERES Jalin Kerjasama, Disaksikan oleh Menteri Pendidikan Belanda

IPB University dan AERES sepakat memperkuat kerjasama dalam Sustainable Agriculture dan Circular Economy terutama dalam pendidikan vokasi dengan melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Pendatanganan kerjasama ini disaksikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Pemerintah Belanda, High Excellency (HE) Robbert Dijkgraaf, (22/7).  Rektor IPB University, Prof Arif Satria menandatangani perjanjian ini bersama President Executive Board AERES (Aeres University of Applied Science; Aeres College), Bastiaan Pellikaan.

Penandatanganan MoU ini dilakukan di Gedung Erasmus Huis Belanda yang difasilitasi oleh Nuffic Neso bekerja sama dengan Sekolah Vokasi IPB University dan International Collaboration Office (ICO) IPB University.

AERES dan IPB University sepakat untuk bekerja sama dalam program akademik dan ilmiah berdasarkan kesetaraan dan timbal balik. Kerjasama yang terjalin merupakan upaya mendasar dalam kolaborasi penelitian ilmiah dan pendidikan serta transfer pengetahuan dan teknologi untuk mengatasi isu kompleks pertanian berkelanjutan.
Kedua pihak berkeinginan untuk membangun kerjasama yang kuat dan efektif. Selain itu, kerjasama ini juga untuk memastikan keselarasan dan sinergi yang maksimal antar kedua pihak menuju target penguatan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Baik IPB Univeristy maupun AERES memberikan sumbangsihnya sesuai tujuan, mandat dan fungsi masing-masing institusi. Kesepakatan ini dibuat dengan hukum dan peraturan yang berlaku di negara masing-masing dan sesuai dengan tata cara dan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda terkait kerjasama internasional di bidang akademik dan praktik pendidikan.

Beberapa pengembangan kegiatan kolaboratif akan diinisiasikan seperti pertukaran dosen dan staf administrasi. Khususnya untuk bidang teknologi dan Program Studi Manajemen Peternakan serta program studi lain yang relevan baik di Sekolah Vokasi maupun di Sekolah/Fakultas lain di IPB.
Selain itu terdapat kegiatan pertukaran mahasiswa, kuliah umum dan simposium kolaboratif, penyelenggaraan program pelatihan, magang dan magang kolaboratif, pertukaran informasi dan materi akademik, serta pengembangan dan promosi kerjasama akademik lainnya yang disepakati bersama.

Adapun perjanjian kerjasama ini berlaku hingga lima tahun ke depan sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak. (MW)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/ipb-university-dan-aeres-jalin-kerjasama-disaksikan-oleh-menteri-pendidikan-belanda/433f2d55fc0d13f44796f11a95c81722

Petani Perlu Lepas dari Ketergantungan Pemerintah, Dr Aceng Hidayat: Sekolah Tani Milenial Desa Solusinya

Awalnya, kelompok tani diinisiasi atas program intensifikasi pertanian berdasarkan kerjasama antar petani. Namun harus diakui bahwa kini kelompok tani lebih diarahkan untuk memudahkan tugas pemerintah dalam pelaksanaan penyaluran subsidi sarana produksi pertanian kepada petani.

Dr Aceng Hidayat, Dosen IPB University dari Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen mengatakan, kelompok tani seharusnya bisa berdaya, tidak lagi menjadi memiliki ketergantungan kepada pemerintah. Ia berbagi mengenai tulisannya tentang Sekolah Tani Millenial Desa (STMD). Menurutnya, tulisannya sangat relevan dengan isu kelompok tani ini.

Ia mengungkap, Indonesia perlu membangun pemberdayaan riset kelembagaan dan menampung agar petani semakin berdaya atas dirinya sendiri. Namun data statistik berbicara bahwa Indonesia sedang menghadapi krisis petani dengan tiga indikator. Yaitu jumlah petani yang terus menurun, usia petani semakin muda, dan kesulitan mencari generasi muda yang berminat bertani.

“Bila dibiarkan regenerasi tidak ada, maka dapat dikatakan Indonesia akan mengalami krisis petani dan berdampak besar pada pembangunan pertanian. Perlu ada semacam sekolah tani informal sehingga menyiapkan calon-calon petani,” ujarnya dalam Webinar Propaktani ‘Menciptakan Kelompok Tani Produktif’ pada 21/7 yang digelar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Sekretaris Institut IPB University ini melanjutkan, Indonesia menghadapi kesulitan mencari kader-kader petani milenial. Jumlah  Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian (SMKP) di Indonesia sebanyak 500 buah. Seandainya saja, tiap sekolah menerima rata-rata 200 siswa per tahun, maka akan ada 100.000 orang lulusan SMKP tiap tahunnya. Dengan asumsi ini, kata Dr Aceng, maka tidak akan kesulitan mencari calon-calon petani milenial.

“Namun demikian, SMKP juga memiliki kurikulum pertanian yang masih terfragmentasi. Sekolah seperti ini menyiapkan lulusannya sebagai pegawai atau profesional di perusahaan bidang pertanian tingkat madya atau mandor. Padahal kader petani perlu dibekali kurikulum yang komprehensif dan terpadu untuk mendukung kemampuan teknis yang mumpuni,” ungkapnya.

Demikian halnya dengan perguruan tinggi pertanian, kurikulum ilmu pertaniannya masih terfragmentasi. Tidak heran bila masih ada kesulitan dalam mencari calon petani.

Di samping itu, petani juga terhimpit tingginya biaya input produksi di tengah risiko produksi yang kian meningkat. Hal semacam ini semakin menurunkan minat generasi muda untuk terjun sebagai petani. Harga pasar juga dinilai tidak mensejahterakan petani, keuntungan yang diperoleh petani tidak seberapa.  Karena itu, menurut Dr Aceng, harus ada lembaga pendidikan informal di tingkat masyarakat yang dapat membimbing para siswanya menjadi petani mandiri, yakni melalui Sekolah Tani Milenial Desa (STMD).

Lebih lanjut ia menerangkan, sekolah ini minimal dapat menyiapkan delapan skill pertanian. Pertama, lulusan STMD menguasai teknik benih. Penguasaan teknik dinilainya sangat penting untuk memerdekakan petani dari ketergantungan pada penyediaan benih oleh pihak lain. Kedua, lulusan mampu menguasai cara mengolah tanah sehingga dapat memanfaatkan dengan tepat sesuai jenis tanaman.

“Ketiga, STMD juga dapat menyiapkan lulusan yang mampu membuat sendiri pupuk organik dengan memanfaatkan limbah pertanian dan bahan alami di sekitarnya. Dengan memiliki kemampuan ini, dua permasalahan pertama yakni ketergantungan dengan pupuk dan benih menjadi terputus karena para lulusan mampu menghemat biaya produksi,” tambahnya.

Lima skill terakhir adalah para siswa diajari cara menanam, merawat tanaman, dibekali teknik panen yang benar, dibekali keterampilan teknis memelihara dan memperbaiki alat dan mesin pertanian (alsintan) hingga membangun dan memelihara bangunan pertanian, serta diajari ilmu dan praktik pemasaran.

Ia berharap penerapan sekolah petani ini dapat didukung oleh Kementerian Pertanian dan bisa segera dilaksanakan oleh para kelompok tani. Kelompok tani seyogyanya tidak hanya sebagai tempat menyalurkan sumbangan input pertanian, namun berbagi wawasan dan meningkatkan kapasitas para petani. (MW/Rz)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/petani-perlu-lepas-dari-ketergantungan-pemerintah-dr-aceng-hidayat-sekolah-tani-milenial-desa-solusinya/1daae6dd1a5998e1a82eac7d7600c3f8

IPB Mengajar Buat Kelas Inspirasi: Cita-citaku dan Pekerjaanku di Masa Depan

Program Bernama “Kelas Inspirasi dibuat oleh IPB Mengajar, 20/7.  Merupakan bagian dari program kerja bernama “Edelweiss”, kelas ini ini dilaksanakan secara offline bertempat di SDN  Cibitung Kulon 04 dan SDN Cibitung Kulon 05, Pamijahan, Bogor. Para pengajarnya berasal dari Pengajar Inspiratif dan didampingi oleh manajemen IPB Mengajar.

“Hari ini pengajar inspiratif mengadakan program yang bernama kelas inspirasi. Di dalam program ini, siswa-siswi dikenalkan makna dari cita-cita dan juga membantu siswa-siswi untuk mengetahui apa cita-cita mereka di masa depan. Program ini ditambah dengan pembuatan pohon impian dan siswa-siswi mengisi pohon tersebut dengan cita-cita mereka di masa mendatang,” ujar Julita Citra sebagai salah satu Pengajar Inspiratif.

Siswa-siswi sangat antusias dalam mengikuti kegiatan kelas inspirasi hari ini. Selain membawa kesan bagi siswa-siswi, Kelas Inspirasi ini membawa kesan juga bagi Pengajar Inspiratif untuk terus bersemangat dan memotivasi diri mereka agar berjuang lebih keras lagi dalam meraih cita-cita. Pengajar Inspiratif juga berharap kegiatan Kelas Inspirasi ini dapat dilaksanakan lagi dengan program yang lebih inovatif, variatif, dan kolaboratif sehingga dapat memberikan manfaat bagi sesama.

“Semangat yang dimiliki anak-anak dengan senyum dan mata polos yang dimilikinya menyadarkan saya bahwa setiap orang berhak bermimpi karena pasti Tuhan akan memberikan jalan selama kita berusaha dan berdoa,” ujar Fahrian Aif Afwan, Pengajar Inspiratif 2022. (*)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/ipb-mengajar-buat-kelas-inspirasi-cita-citaku-dan-pekerjaanku-di-masa-depan/97d240c546f5372702fd06a422a96997

Rakernas Sylva Indonesia 2022, IPB University Ditetapkan Sebagai Pelaksana Pelatihan Mahasiswa Kehutanan se-Indonesia

Saatnya Rimbawan Muda Mengambil Peran dalam Pembangunan Kehutanan di Indonesia. Hal itu diungkap Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia (Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia), Iqbal Amran dalam kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Sylva Indonesia 2022 yang berlangsung pada 18-21/7 Institut Pertanian Stiper, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rakernas Sylva Indonesia 2022 menetapkan sejumlah perguruan tinggi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) kegiatan nasional Sylva Indonesia. Dalam rakernas itu, IPB University ditetapkan Sebagai Pelaksana Pelatihan Mahasiswa Kehutanan se-Indonesia.

Kegiatan dihadiri oleh 40 dari total 48 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta Kehutanan yang tergabung di Sylva Indonesia. Kegiatan yang secara resmi dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sekaligus Pembina Sylva Indonesia, Bambang Hendroyono.

“Semoga melalui Sylva Indonesia mampu mendorong kader-kader rimbawan yang luar biasa, karena persoalan lingkungan hidup dan kehutanan bukan persoalan biasa, jadi butuh pemimpin yang luar biasa,” ucap Bambang dalam pidatonya saat membuka kegiatan (18/7).

Dr Naresworo Nugroho, Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University sekaligus ketua Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan Indonesia (FOReTIKA) menyarankan adanya student mobility atau friendship diantara Pengurus  Cabang Sylva Indonesia dalam program yang akan disusun dalam Rakernas ini. Ia berharap Sylva Indonesia semakin kompak dan dapat berperan dalam pembangunan kehutanan.

Delegasi IPB University, Nur Alif Pebriansah mengatakan bahwa peningkatan kapasitas rimbawan muda, serta penegasan peran mahasiswa kehutanan sebagai kontrol sosial dan agen perubahan dalam pembangunan kehutanan perlu dilakukan Sylva Indonesia kedepannya. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di lapangan perlu dikuasai rimbawan muda untuk pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan.

“Mahasiswa kehutanan harus mempunyai kapasitas dalam merespon dinamika yang terjadi pada tataran kebijakan maupun kondisi di lapangan, dengan demikian momentum Pelatihan Mahasiswa Kehutanan Indonesia di IPB University nanti akan kami persiapkan sebaik mungkin,” tambah Nur Alif.

Pembahasan program kerja dilakukan secara pleno, dengan mendiskusikan isu-isu terkini dalam pembangunan kehutanan dan lingkungan. Selain IPB University, ditetapkan juga unit pelaksana lain, diantaranya Universitas Sam Ratulangi (Seminar Mahasiswa Kehutanan Indonesia), dan Universitas Mulawarman (Lokakarya Sylva Indonesia).

Kegiatan ini juga menghadirkan berbagai narasumber dengan berbagai latar belakang yang memberikan masukan dan saran terhadap keberlangsungan kegiatan Rakernas. Turut hadir Ir. Misran, MM (Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari), Basrie Kamba (PT Asia Pacific Rayon), Dr Naresworo Nugroho (FOReTIKA), Robi Royana (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove), Agus Setyarso, PhD (Instiper) dan Bustar Maitar (Yayasan EcoNusa). (*/Rz)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/rakernas-sylva-indonesia-2022-ipb-university-ditetapkan-sebagai-pelaksana-pelatihan-mahasiswa-kehutanan-se-indonesia/a9e9f305d48d50ec292d0f6e0148368a

LPPM IPB University Serahkan 715 Milyar Rupiah kepada Peneliti Simlitabmas Tahun 2022

Ada kabar baik bagi peneliti IPB University. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University telah menyerahkan dana penelitian yang didanai oleh Direktorat Penelitian, Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) atau yang biasa disebut Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Simlitabmas), pada 11-12/7.

Kepala LPPM IPB University, Dr Ernan Rustiadi bersama Kepala Cabang Bank Mandiri Dramaga, Tri Hutomo menyerahkan dana penelitian Simlitabmas secara simbolis kepada perwakilan peneliti Simlitabmas, Dr Siti Nikmatin, di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

Dr Ernan menyebut, IPB University kembali menunjukkan dirinya sebagai perguruan tinggi yang kompetitif. Di saat alokasi dana penelitian Simlitabmas yang turun drastis, peneliti Simlitabmas IPB University justru tetap mengusulkan proposal terbaiknya.

“Ini sebuah kabar baik bagi IPB University. Saat dana yang diterima turun, justru peneliti IPB University masuk peringkat kedua setelah Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai penerima dana penelitian terbesar,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa ada dana sebesar 715 milyar rupiah yang akan diserahkan kepada 219 peneliti. Total ada 304 judul proposal penelitian yang didanai oleh DRTPM, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Republik Indonesia.

Di lain pihak, Prof Sugeng Heri Suseno selaku Wakil Kepala LPPM IPB University bidang Penelitian menjelaskan usulan proposal penelitian IPB University mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

“Peningkatan ini mencapai 103 persen, karena peneliti yang mengajukan proposal penelitian Simlitabmas tahun ini mencapai 723 proposal. Sedangkan tahun lalu ada 356 proposal,” tuturnya.

Ia menambahkan, penyerahan dana penelitian Simlitabmas selanjutnya akan diberikan dalam dua tahap melalui kartu Virtual Account (VA). “Tahap pertama, peneliti akan menerima dana penelitian sebanyak 70 persen dari total anggaran yang telah diajukan, baru kemudian sisanya,” jelasnya.

Perwakilan penerima dana penelitian, Dr Siti Nikmatin menyampaikan kesannya terhadap perubahan metode ini. Ia menyambut baik perubahan yang pasti terjadi. Dalam hal ini bergantinya metode penyerahan dana yang umumnya dapat langsung diterima pada rekening pribadi, kini beralih pada kartu VA.

“Dalam dinamika kehidupan itu pasti terjadi perubahan ya. Saya yakin IPB University akan memberikan yang terbaik bagi penelitinya. Saya dapat memahami, dalam penelitian memang sangat linear dengan uang dan pemeriksaan, sehingga perubahan seperti saat ini tentu untuk menjaga penelitinya,” ungkapnya.

Menurutnya, perubahan metode penyerahan dana dilakukan berdasarkan hasil dari evaluasi seputar administrasi keuangan yang telah dilakukan oleh LPPM bersama Direktur Keuangan dan Akuntansi IPB University. Metode lama yang dinilai mudah, justru memungkinkan adanya indikasi bahaya bagi peneliti IPB University saat melakukan laporan pertanggungjawaban.

“Dari yang sudah saya pelajari memang metode VA ini rasanya seperti dibatasi, tapi ini kan perdana bagi kita semua. Saya yakin dengan berjalannya waktu, insyaAllah akan bertambah (aksesnya). Tinggal membutuhkan penyesuaian saja. Mungkin saat ini VA menjadi pilihan terbaik bagi IPB University perihal mekanisme pertanggungjawaban karena memang secara pajak akan lebih ringan,” tambah Dr Siti.

Sementara itu, Niken Widyastuti, SE, MM selaku Asisten Direktur Perbendaharaan – Direktorat Keuangan dan Akuntansi IPB University menjelaskan mengenai teknis penggunaan metode Virtual Account.

“Dengan adanya VA peneliti ini, yang kami harapkan adalah adanya pengelolaan yang dipisah dari rekening pribadi sehingga akan mempermudah pihak keuangan saat melakukan penelusuran terkait penggunaan dana yang diberikan tersebut,” katanya. (Aisyah/Zul)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/lppm-ipb-university-serahkan-715-milyar-rupiah-kepada-peneliti-simlitabmas-tahun-2022/74d0c19e5f8e237c4a0c5d2e9ad71cea

Mahasiswa KKN-T IPB University Latih Siswa SD Buat Pupuk Organik dari Sampah

Kelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) IPB University mengajak siswa-siswi kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Carangpulang 02 Cikarawang, Dramaga, Bogor untuk membuat pupuk organik dari sampah. Tujuannya, memberikan pengetahuan sejak dini untuk menjaga lingkungan dan mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna.

“Kegiatan ini sangat membantu anak-anak untuk lebih peduli pada lingkungan sekitar. Semoga ini dapat berdampak besar bagi mereka ke depannya. Harapannya, kegiatan KKN-T IPB University ini dapat berlanjut untuk tahun berikutnya,” ucap Naris Effendi, salah satu guru SDN Carangpulang 02.

Ketua Kelompok KKN-T Cikarawang RW 004, Qonita Sinatrya menjelaskan, kegiatan dikemas secara interaktif dan menarik. Sebelum pembuatan pupuk, mahasiswa KKN-T IPB University mengenalkan jenis sampah, cara pemilahan sampah, pentingnya pengolahan sampah dan prosedur pembuatan pupuk.

“Semoga kegiatan ini dapat menambah wawasan siswa-siswi SDN Carangpulang 02 tentang pengolahan sampah organik. Selain dapat menumbuhkan cinta lingkungan. Pasalnya, tidak hanya pembuatan pupuk, kami juga bersama-sama menanam biji bunga matahari di lingkungan sekolah,” ungkap Qonita.

Penanaman bunga matahari dilakukan pada polybag dengan menggunakan pupuk organik yang telah dibuat. Qonita menyebut, hal itu sebagai upaya meningkatkan kepedulian siswa-siswi terhadap tanaman sekitar. Kegiatan diakhiri dengan sesi dokumentasi dan pemberian bingkisan kepada siswa-siswi SDN Carangpulang 02. (*/Rz)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/mahasiswa-kkn-t-ipb-university-latih-siswa-sd-buat-pupuk-organik-dari-sampah/13039f97fcdbd89116908c92ce445877

× Butuh bantuan?
Skip to content