Yuk Simak Selengkapnya Upaya Penguatan Restorasi Karang di Indonesia Pada SCORES #16
Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam “The Coral Triangle.” Hal ini karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut, khususnya terumbu karang yang tinggi di dunia mencapai 600 spesies karang dan 3000 spesies ikan. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada sumberdaya terumbu karang dan biota laut.
“Oleh sebab itu, kawasan segitiga karang, termasuk Indonesia menjadi prioritas internasional untuk dikonservasi sehingga dapat memberikan manfaat secara terus menerus bagi masyarakat banyak,” ungkap Marthen Welly pada paparannya dalam SCORES #16 yang digelar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University.
Marthen menambahkan, tingginya biodiversitas tersebut terancam oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud seperti adanya penangkapan ikan dengan cara merusak, pariwisata tidak berbasis lingkungan, pencemaran dan polusi, pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir serta perubahan iklim yang berkontribusi memberikan tekanan terhadap terumbu karang.
Marthen Welly sebagai salah satu penggiat restorasi karang dari Coral Triangle Center (CTC), memaparkan beberapa upaya yang telah dilakukan untuk restorasi karang dan ekosistem laut. Upaya tersebut sebagai bentuk kerjasama CTC dengan berbagai instansi seperti institusi pemerintahan, komunitas masyarakat, pihak swasta, dan beberapa pihak lainnya.
Ia mengklaim, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah bekerjasama dalam membangun dan memfasilitasi Marine Protected Area (MPA) yaitu kawasan konservasi perairan di sejumlah lokasi di Indonesia seperti Bali, Maluku dan negara lain seperti Timor Leste.
Selain dengan MPA, upaya kombinasi lain yang dilakukan untuk memperbaiki ekosistem karang yang telah rusak selain melindungi ekosistem yang ada seperti pembentukan Bali Reef Rehabilitation Network, Community Group Coral Restoration, dan Coral Reef Restoration Task Force dengan menggunakan berbagai metode seperti biorock, roti buaya, MARRS, fish dome, concrete block.
“Upaya kombinasi ini bertujuan untuk saling berbagi tentang progres, solusi, dan tantangan yang dihadapi supaya bisa sama-sama maju dan punya pengetahuan yang cukup untuk melakukan restorasi karang, karena semangat saja tidak cukup,” ucap Marthen.
Marthen mengungkapkan bahwa kesuksesan terumbu karang sangat bergantung pada beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain pemilihan dan aksesibilitas lokasi, kemampuan mengatasi penyebab degradasi ekosistem karang, sumber fragmen karang, pemahaman dan pemilihan metode yang benar sesuai dengan lokasi, serta dukungan dari pemerintah dan komunitas masyarakat.
Kisah lain dalam upaya restorasi karang disampaikan oleh Gabriella Nathania, Mardia Sultan, Avicenna, Evi Isnasilvia selaku awardee dan volunteer dari Coral Catch Scholarship dan Internship Program. Program ini merupakan program beasiswa yang ditujukan untuk perempuan Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan komunitas perempuan Indonesia yang bersatu dalam mengadvokasi laut yang sehat dan bekerja sama untuk memulihkan terumbu karang khususnya di Gili Air.
“Tagline kami adalah Let’s Change the World: one Thought at a time, one Island at a time, and one Country at a time, dimulai dari kami dengan pemikiran yang sama untuk menjaga terumbu karang, kami mencoba menginspirasi perempuan lain di Indonesia bahkan di seluruh dunia untuk bersama menjaga terumbu karang,” ungkap Mardia.
Sementara, Nathanania menyebutkan serangkaian kegiatan yang dijalani timnya selama mengikuti kegiatan internship. Program tersebut berlangsung selama sembilan minggu dimulai dari Januari-Maret 2022 di Gili Air. Program yang dilakukan meliputi kursus menyelam ilmiah PADI, scientific diving, klinik pelatihan, restorasi dan pembibitan karang, dan kegiatan berbasis masyarakat.
“Kami diajarkan menggambar site restoration, site pattern, dan navigation. Tidak hanya itu, media restorasi yang digunakan juga kami buat sendiri mulai dari yang awalnya berupa besi batangan hingga menjadi bentuk hexdome dan akhirnya kami letakkan di lokasi restorasi,” tambah Nathan.
Selain itu, Nathan bersama teman-temannya juga melaksanakan beberapa kegiatan lain seperti beach clean-up, underwater clean-up, dan menyelam bersama dengan komunitas masyarakat dan operator selam di Gili Air.
Sementara itu, Plt. Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Dr Syamsul Bahri Agus berharap bahwa SCORES ini menjadi sebuah rutinitas untuk saling berbagi terkait cerita sukses dan perjalanan restorasi terumbu karang oleh berbagai pihak.
“Banyak cerita menarik dan pengalaman luar biasa yang dibawakan oleh pembicara terkait restorasi karang. Semoga setelah SCORES berlangsung mempu menginisiasi semacam komunitas untuk coral reef restoration, sehingga melalui komunitas menjadi sesuatu yang menarik. Semoga bisa banyak berbuat untuk upaya restorasi karang di Indonesia,” tutur Dr. Syamsul. (ARS)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/05/yuk-simak-selengkapnya-upaya-penguatan-restorasi-karang-di-indonesia-pada-scores-16/fc6f3d6a2885ac969adbd51682cc14ef