Wakil Rektor IPB University Bahas Peran Penting Akademisi dalam Pencapaian Target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 adalah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan. Penetapan kebijakan dan aksi mitigasi menuju FOLU Sink Net 2030 ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa target. Di antaranya pencegahan dan penurunan laju deforestasi, pengelolaan lahan gambut dan konservasi keanekaragaman hayati.
Prof Dodik Ridho Nurrochmat, Wakil Rektor IPB University bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni turut menyampaikan pemikirannya terkait hal ini dalam Webinar Pojok Iklim dengan topik “Strategi Pencapaian Target Indonesia’s Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030”, Rabu (25/05). Ia memaparkan terkait peran akademisi dalam rangka pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
Menurutnya, peran penting akademisi yakni dalam menjaga arah kebijakan dan aksi mitigasi sesuai amanat konstitusi. Akademisi mesti mengawal proses yang ada sesuai kaidah keilmuan dan memenuhi persyaratah logis dan sistematis. Memastikan target dapat tercapai, terukur, dan evidence based. Serta dapat dicapai dan membangun optimisme. “Tugas akademisi dalam memberikan kritik harus selalu dilakukan bila prosesnya menyimpang dari kaidah keilmuan. Sedapat mungkin kritik harus disertai dengan solusi,” terangnya.
Ia menambahkan, capaian yang dituju adalah keadilan iklim, bukan kesetaraan iklim. Kritik yang disampaikan akademisi juga bukan berarti zero sum game, hal ini yang sering disalahpahami.
Ia menilai bahwa Indonesia terlalu ditekan dalam penurunan emisi, sedangkan Indonesia berada pada posisi ke-125 penghasil emisi terbesar di dunia. Emisi yang dihasilkan masih di bawah rata-rata dunia dan upaya penurunannya masih terbilang baik. Ia berpendapat bahwa negara-negara maju memiliki tanggung jawab lebih besar karena emisi yang dihasilkan lebih besar. Jumlah emisi ini berkorelasi erat dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita, dimana negara maju tentu lebih tinggi.
“Indonesia berkewajiban bersama-sama mendorong negara-negara ini untuk mencontoh negara kita sebagai lesson learned,” tambahnya.
Contoh tersebut dikatakannya sebagai salah satu contoh ketidakadilan iklim. Ia mengapresiasi dicetuskannya FOLU Net Sink. Kebijakan ini dapat memberikan simulasi bahwa negara berkembang dapat tumbuh pesat, di sisi lain lingkungan turut membaik. Menurutnya, secara saintifik kebijakan ini mungking berhasil karena tidak identifik dengan deforestasi hutan.
Guru Besar Kebijakan Kehutanan IPB University ini juga mengatakan kebijakan ini juga harus memerhatikan mitos-mitos yang dapat mendiskreditkan penduduk asli yang masih tinggal di sekitar kawasan hutan. FOLU Net Sink setidaknya tidak boleh menjadi alat untuk melegitimasi bahwa penduduk asli tidak perlu pembangunan. Impian anak-anak di pedalaman tidak berbeda dengan di perkotaan. Penduduk asli tentu memiliki impian desanya tersentuh pembangunan sehingga masyarakat lokalnya makmur dan sejahtera.
“Jadi jangan mendikotomikan, jangan melegitimasi seolah-olah apa yang kita lakukan adalah untuk mengkonservasi penduduk asli. Menurut saya hal ini merupakan sesuatu yang kurang beradab, mengganngap saudara-saudara kita sebagai museum hidup,” tegasnya.
Menurutnya, upaya yang dilakukan juga sebisa mungkin tidak menurunkan potensi Produk Domestik Bruto (PDB). Diskusi lebih dalam sangat diperlukan, tidak hanya terkait pencapaian penurunan karbon namun dampaknya terhadap penurunan kesejahteraan.
“Kebijakan ini juga harus memerhatikan prinsip keberlanjutan dan tidak boleh melampaui batas atas daya dukung lingkungan. Perlu ada paradigma kebijakan yang lebih ramah lingkungan dan berkaitan dengan optimasi pemanfaatan lahan untuk meningkatkan fungsi ekologi, ekonomi, dan social,” ujarnya.
Dikatakannya, sasaran penurunan emisi karbon hingga 140 juta ton ekuivalen pada tahun 2030 mungkin dicapai dari sisi teknis. Namun dari sisi finansial masih harus diperhitungkan. (MW/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/05/wakil-rektor-ipb-university-bahas-peran-penting-akademisi-dalam-pencapaian-target-indonesia-s-folu-net-sink-2030/ad222e7c1fda9e49bb8879bb1860887f