SCORES Edisi 17 Hadirkan Tokoh Perempuan Penggiat Restorasi Karang

The School of Coral Reef Restoration (SCORES) IPB University edisi 17, beberapa waktu lalu, menghadirkan Prawita Tasya Karissa, Direktur Eksekutif dan Co-Founder Biorock Indonesia. Tasya terlibat dalam kegiatan restorasi karang sejak tahun 2003 ketika mendapat kesempatan untuk mempelajari teknologi Biorock langsung dari penemunya, Prof Wolf Hilbertz dan Dr Tom Goreau. Hal inilah yang menjadikannya sebagai salah satu advokat pemberdayaan dan kesetaraan perempuan untuk kegiatan restorasi karang.
Dalam kegiatan ini Tasya memaparkan pengalaman restorasi karang yang telah ia lakukan. Dimulai dari pelaksanaan workshop dan pilot project pertama di Bali pada tahun 2004 hingga berlanjut pada tahun 2015.
“Saya bersama dengan Dr Beginer Subhan, Dr Hawis Madduppa (alm), Komang Astika dan sejumlah rekan lainnya menginisiasi pendirian Biorock Indonesia. Hingga saat ini, Biorock Indonesia telah mengembangkan 16 lokasi proyek yang berlokasi di 8 provinsi di Indonesia. Antara lain Bali, Sulawesi Utara, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Lampung, dan DKI Jakarta,” jelasnya.
Meski demikian, lanjutnya, banyaknya tantangan yang dihadapi seperti perpindahan kepemilikan pulau (kasus nyata di Pulau Sepa), kesediaan masyarakat dalam menjaga struktur restorasi karang, serta tantangan sosial ekonomi politik (adanya konflik kepentingan), membutuhkan beragam masukan sebagai stimulan dalam kegiatan restorasi terumbu karang.
“Metode apapun bisa digunakan dalam restorasi karang, selama ada orang yang berdedikasi untuk menjaga kegiatan restorasi terumbu karang. Jadi karang bisa tumbuh dengan baik,” ungkap sosok Kartini dari Biorock Indonesia ini.
Beranjak dari pengalamannya selama melakukan restorasi karang, Tasya menyampaikan beberapa solusi untuk memperbaiki praktik restorasi karang di Indonesia. Yakni menetapkan kembali pilar, tujuan dan target restorasi terumbu karang; penataan ulang program Biorock Indonesia sebagai upaya yang berkelanjutan; serta tetap melakukan upaya peningkatan kesadartahuan dan keterlibatan.
Sementara itu, Dr Tries Blandine Razak, selaku pakar terumbu karang IPB University ikut memberikan sudut pandangnya terkait praktik restorasi karang yang telah dilakukan oleh berbagai stakeholders di Indonesia.
Ia mengungkapkan jumlah praktik restorasi karang di Indonesia sangat banyak, namun tidak diikuti dengan kegiatan monitoring yang optimal untuk mengetahui kondisi pasca dilaksanakannya restorasi.
“Restorasi karang tidak hanya masalah angka, artinya selama ini project-nya sangat banyak. Tapi belum dapat dipastikan apa ekosistem karang tersebut benar-benar terestorasi atau tidak,” ujar Dr Tries.
Dr Syamsul Bahri Agus selaku Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University menghimbau seluruh perempuan agar dapat berperan aktif dalam konservasi laut. Tingginya jumlah perempuan di Indonesia menjadi potensi besar untuk berkiprah dalam konservasi.
“Perempuan itu kuat, saya yakin keterlibatan perempuan Indonesia akan berdampak signifikan terhadap keberhasilan restorasi karang. Mudah-mudahan bisa mendapatkan pencerahan terkait Biorock,” ungkap Dr Syamsul. (ARS/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/05/scores-edisi-17-hadirkan-tokoh-perempuan-penggiat-restorasi-karang/75c982209e86bea06457b02dcf6d85a6