0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Scores 7 Bahas Upaya Restorasi Terumbu Jarang di Wilayah Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang

Scores 7 Bahas Upaya Restorasi Terumbu Jarang di Wilayah Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang

Artikel / Press release

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) melibatkan pegiat restorasi terumbu karang untuk membahas perihal tantangan, hambatan dan upaya yang telah dilakukan dalam kegiatan restorasi terumbu karang dalam Scores Episode 7, 7/2. Pegiat restorasi terumbu karang tersebut adalah Ilham Mahmuda, Koordinator Wilayah kerja Taman Wisata Perairan Kapoposang, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang serta Mukti Dono Wilopo, dari Universitas Bengkulu.

Dr Hawis Madduppa, Ketua Departemen ITK lPB University, menyampaikan bahwa dengan adanya SCORES, pembelajaran terkait praktis terumbu karang di Indonesia dapat terus ditingkatkan. Hal ini karena banyaknya diseminasi informasi dari berbagai instansi pemerintahan, pendidikan, dan kelompok masyarakat.

“Harapannya, semua yang terlibat dalam kegiatan restorasi terumbu karang dapat berbicara di sini, tanpa melihat mana teknik yang lebih baik ataupun lebih buruk,” kata Dr Hawis.

Ia menegaskan, yang kita lihat adalah pelajaran yang bisa didapatkan dari teknik yang telah diterapkan dan bagaimana dampaknya. Dengan demikian, akan ada pembelajaran untuk terus memperbaiki teknik restorasi sesuai dengan kondisi habitat di suatu lokasi.

Dalam Scores 7 dibahas terkait upaya restorasi terumbu karang dan meningkatkan kualitas ekosistem terumbu karang yang telah terdegradasi menjadi semirip mungkin dengan habitat aslinya. Terutama dalam hal struktur dan fungsi ekosistem yang telah dilakukan oleh  banyak pihak mulai dari institusi pemerintahan, akademisi, peneliti, hingga masyarakat lokal.

Namun demikian, upaya pemulihan habitat terumbu karang mengalami hambatan dalam proses pelaksanaannya. Tidak terkecuali di wilayah Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang serta Pulau Enggano. Kapoposang merupakan salah satu kawasan konservasi yang dikelola oleh BKKPN Kupang dan terletak di kawasan Kepulauan Spermonde.

Dalam kesempatan ini, Ilham memaparkan, ada beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di TWP Kapoposang. Tantangan yang dimaksud antara lain bom ikan, bius ikan, dan sampah. Ia pun menerangkan, serangkaian upaya restorasi terumbu karang yang dilakukan seperti pemasangan 83 beton, 350 unit kerangka web spider, dan 100 unit artificial reef “roti buaya.” Upaya ini dilakukan oleh BKKPN Kupang untuk menangani dampak dari bom ikan, bius ikan, dan sampah. Namun yang sangat ditekankan disini adalah adanya pelibatan masyarakat dalam kegiatan restorasi terumbu karang.

“Dahulu, masyarakat sangat acuh terhadap kegiatan destructive fishing, namun setelah dilibatkan dalam kegiatan restorasi terumbu karang, mereka menjadi anti terhadap destructive fishing,” ujar Ilham.

Pelibatan masyarakat telah dilakukan dalam restorasi terumbu karang melalui pembentukan tiga kelompok masyarakat bernama Kelompok Masyarakat Penggiat Konservasi. Kelompok tersebut memiliki berbagai kegiatan mulai dari pembentukan kelompok, perencanaan, peningkatan kapasitas masyarakat dalam bentuk pelatihan dan sertifikasi, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pengawasan.

Tidak jauh berbeda dengan kegiatan restorasi terumbu karang di Pulau Enggano, kegiatan destructive fishing dengan menggunakan bom ikan dan potas juga menjadi faktor penyebab degradasi ekosistem karang. Di samping itu, faktor lain penyebab menurunnya kondisi terumbu karang adalah gempa bumi dan pemangsaan oleh predator karang (Acanthaster sp.). Predator ini menginvasi wilayah perairan Malakoni hingga Ka’ana sehingga mengakibatkan kerangka terumbu karang berwarna putih dan membentuk luasan tertentu bahkan hampir menyerupai kasus coral bleaching.

Upaya restorasi karang di Pulau Enggano lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dengan dana swadaya. Program Enggano Artificial Coral Reef Initiative yang dilaksanakan pada tahun 2018, selain melakukan transplantasi karang, juga membuat struktur bunga Rafflesia yang dibuat oleh masyarakat, mahasiswa Universitas Bengkulu, serta elemen masyarakat luar dan dalam Bengkulu menggunakan besi.

Tidak berhenti di situ, upaya lain yang dilakukan adalah mencoba membuat struktur penyu berbahan dasar beton. Namun demikian, upaya tersebut memiliki kelemahan yaitu tidak terjadi banyak rekrutmen karang. Oleh karena itu, dikembangkan lagi desain artificial reef dengan bentuk penyu yang dikompilasi dengan transplantasi karang. Rencana lain yang dicanangkan adalah pembentukan taman laut untuk destinasi wisata. (*)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/scores-7-bahas-upaya-restorasi-terumbu-jarang-di-wilayah-taman-wisata-perairan-twp-kepulauan-kapoposang/cf4927cdb5d132c5da90bda9ee9ffc1e

× Butuh bantuan?
Skip to content