0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

PSB IPB University Gelar Webinar Antisipasi Kerawanan Pangan

PSB IPB University Gelar Webinar Antisipasi Kerawanan Pangan

Artikel / Press release

Pusat Studi Bencana (PSB) IPB University dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI menggelar webinar “Antisipasi Kerawanan Pangan di Pulau Sumatera”, (6/7). Webinar kali ini juga berkolaborasi dengan Perhimpunan Sarjana Pertanian se-Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama PISPI.

Pembicara yang hadir mewakili tiga institusi tersebut, masing-masing Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Dr Siswandi), Presidium PISPI (Dr Jamhari), Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) PISPI Aceh (Azanuddin Kurnia, SP, MP), Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat (Ir Entang Sastraatmadja) dan Kepala PSB IPB University, Dr Doni Yusri.

Dalam paparannya, Dr Jamhari menjelaskan bahwa sudah seharusnya produksi tanaman pangan di berbagai wilayah tanah air ditingkatkan.  “Konsolidasi kelembagaan tani harus dikuatkan, terutama pada petani yang anggota kelompok tani, kelompok ternak, kelompok pembudidaya ikan, Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A)”, ujarnya.

Dr Jamhari juga menjelaskan bahwa bukan hanya meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha pertanian, namun holding kelembagaan petani dan integrasi antar Gapoktan dan antar P3A dalam satuan wilayah unit desa juga perlu segera ditindaklanjuti sebagai bentuk konsolidasi kelembagaan tani,” tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Ir Entang Sastraatmadja menerangkan bahwa kerisauan akan kerawanan pangan, ketahanan pangan dan swasembada pangan bisa jadi muncul karena kerawanan daya beli.  “Masalahnya menjadi sangat penting. Karena kerawanan pangan sendiri dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakat,” imbuhnya.  Ir Entang memberikan solusi yakni dengan memberikan ukuran yang akuntabel dalam menganalisis kerawanan pangan.

Sementara itu, Azanuddin Kurnia menguatkan dua pemaparan di atas dengan menyajikan berbagai data dan informasi terkait upaya Pemerintah Aceh dan berbagai stakeholder yang bekerja sama mengatasi kerawanan pangan.  Azanuddin membeberkan fakta bahwa di wilayah Aceh sejauh ini tidak ditemukan lokasi yang mengalami kerawanan pangan. Ini karena produksi komoditas pangan di Aceh terjadi surplus.

Menurutnya, konsolidasi petani terus dilakukan hingga kemampuan konsumen untuk menjangkau pembelian komoditas pangan juga dipantau. Bahkan surplus produksi ini juga ikut dirasakan provinsi tetangga. “Setiap kali panen, banyak truk-truk dari pengusaha Provinsi Sumatera Utara yang datang untuk mengangkut hasil panen di Aceh,” jelasnya.

Dr Doni Yusri mengatakan bahwa kerawanan pangan suatu wilayah jika benar-benar terjadi maka kejadian tersebut dapat dikategorikan bencana. Untuk menghindari hal tersebut perlu langkah-langkah integrasi solusi dan data agar mitigasi bencana dapat segera dicarikan jalan keluarnya.

“Integrasi data menjadi penting sebagai informasi untuk tahap penanganan darurat seperti terjadinya peristiwa kerawanan pangan suatu wilayah. Hal ini juga dapat digunakan sebagai basis kegiatan adaptasi bencana,” ujarnya.  Menurutnya, kegiatan dengan tema yang sama masih akan diselenggarakan dalam beberapa episode ke depannya dengan lokus wilayah berbeda-beda.

“Semoga dengan memotret isu kerawanan pangan dari berbagai wilayah tanah air, maka kejadian kerawanan pangan dapat dihindari sebagai kejadian bencana,” pungkas Dr Doni. Webinar edisi perdana yang mengangkat tema kerawanan pangan ini dimoderatori oleh Prima Gandhi, SP, MSi selaku Sekretaris PSB IPB University. (*)

Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/07/psb-ipb-university-gelar-webinar-antisipasi-kerawanan-pangan/ca2cf30ec80208d8627044536a765cbe

× Butuh bantuan?
Skip to content