Proses Penyembelihan Hewan Kurban, Titik Kritis Penyediaan Daging ASUH pada Situasi Wabah Pandemi
Indonesia masih dilanda wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) menjelang hari raya Idul Adha. Baik petugas penyembelih hewan kurban maupun masyarakat yang membantu pelaksanaannya membutuhkan persiapan yang lebih matang. Sehingga penyebaran virus PMK ke wilayah rentan maupun yang belum terjangkiti dapat dihindari.
Dr drh Herwin Pisestyanti, Dosen IPB University dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) mengingatkan kembali bahwa proses penyembelihan merupakan titik kritis dalam penyediaan stok daging yang ASUH (Aman, Sehat, dan halal). Bila tidak dilaksanakan dengan baik, daging yang diterima mustahik tidak bisa memenuhi syarat ASUH tersebut.
“Penyembelihan ini juga dapat berpotensi menimbulkan cekaman, kesakitan dan pencemaran yang harus diminimalisir. Hewan kurban harus diberi perlakuan, petugas penyembelih harus bersikap ihsan sehingga dapat menghasilkan daging halal dan thoyyib,” ujarnya dalam Sosialisasi Tata Cara Pemotongan Hewan Kurban Pada Situasi Wabah PMK, yang digelar secara daring oleh Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian, (29/06).
Baik petugas penyembelih dan masyarakat, katanya, harus senantiasa waspada pada penyebaran zoonosis. Terutama Indonesia ini masih belum terbebas dari pandemi COVID-19. Selain waspada terjadi penambahan kasus PMK, penambahan kasus COVID-19 juga patut dijaga bersama.
Ia menyebutkan bahwa kejadian stres pada hewan kurban lumayan tinggi pada proses penyembelihan. Jika stres hewan dan higienitasnya tidak diperhatikan, maka akan terjadi pencemaran pada daging dan sekitar lokasi penyembelihan.
Menurutnya, perlu pemeriksaan sebelum pemotongan 24 jam sebelumnya atau pemeriksaan antemortem.
Dalam hal ini, SKHB IPB University turut turun tangan membantu Pemerintah DKI Jakarta dalam pemeriksaan hewan kurban.
“SKHB IPB University menurunkan mahasiswa untuk membantu petugas pemeriksaan hewan kurban di DKI Jakarta. Hal ini mungkin dapat membantu masyarakat langsung dalam penyediaan daging ASUH,” ujar Herwin.
Ia menambahkan, selain harus memenuhi persyaratan hewan kurban yang sah, faktor stres pada hewan juga dapat mempengaruhi kualitas daging. Sehingga harus ada penyuluhan kepada masyarakat mulai dari proses loading dan unloading, penggiringan, perubuhan dan penyembelihan yang baik.
“Tempat penampungan hingga penyembelihan juga harus sesuai persyaratan dan dapat menyediakan lingkungan yang nyaman bagi hewan,” imbuhnya.
Selain itu, lanjutnya, pemeriksaan kondisi fisik hewan secara berkala wajib dilakukan. Lebih baik lagi bila hewan tersebut memiliki SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan).
Bila hewan ditemukan sakit, maka wajib dilaporkan ke petugas dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) dan meminta nomor kontak dari dinas.
“Pemeriksaan post mortem setelah hewan disembelih juga wajib dilakukan. Hal ini penting karena terdapat penyakit yang tidak terlihat ketika dilakukan pemeriksaan antemortem,” tandasnya. (MW/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/07/proses-penyembelihan-hewan-kurban-titik-kritis-penyediaan-daging-asuh-pada-situasi-wabah-pandemi/ef0d309f837c723adfd657de47fb4c6e