Prof Munif Ghulamahdi Ungkap Pentingnya Hasil Riset Bagi Kebangkitan Kedelai Nasional
Kemandirian pangan terutama untuk komoditas kedelai menjadi salah satu impian Indonesia. Karena itu, dukungan hasil penelitian terhadap inovasi pengembangan kedelai Indonesia sangat penting. Prof Munif Ghulamahdi, Pakar Kedelai IPB University menyebutkan riset dasar hingga riset aksi ke lapangan merupakan modal awal mengembangkan kawasan produksi kedelai. Hal ini untuk memberikan informasi riset bersifat dua arah, dari laboratorium ke lahan dan sebaliknya.
“Kita harus membangun invensi dan inovasi kemudian harus berkolaborasi bersama mengantarkan hasil inovasi kepada pihak pengguna serta menyusun roadmap inovasi untuk mewujudkannya ke lapangan. Serta harus membangun sumberdaya manusia yang kuat sehingga bisa direalisasikan dan dan dikawal dengan baik dan hasilnya dinikmati oleh masyarakat,”terangnya dalam Webinar Propaktani Series Bangkit Kedelai Nasional “Saatnya Mandiri Kedelai” yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI, (15/06).
Hasil penelitian, sebutnya, tentu diteliti dari segi biotik dan abiotik untuk menghasilkan teknologi budidaya maupun metode yang bisa dipertanggunjawabkan. “Harapannya, hasil riset ini dapat diwujudkan dalam hamparan besar kawasan produksi kedelai yang mandiri. Sub sistem di dalamnya juga dikelola oleh petani sendiri, baik sebagai tenaga kerja sekaligus manajer, “ jelas dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura ini.
Menurutnya, upaya ini penting sehingga dapat mewujudkan agroeksistem kedelai yang menghasilkan produktivitas tinggi sehingga bisa mandiri kedelai. Namun demikian, menurutnya Indonesia masih dihadapi oleh permasalahan rendahnya ketersediaan lahan hingga rendahnya ketersediaan benih nasional.
“Akibatnya, harga kedelai cukup tinggi dan menjadi momentum kebangkitan mencukupi kedelai nasional. Solusinya tidak lain adalah pemanfaatan lahan pada komoditas yang sudah biasa ditanam seperti tebu, sawit, jagung. Baik dengan sistem tumpang sari, rotasi tanaman, maupun tanam sisip. Pengelolaan kawasan produksi kedelai perlu diimplementasikan secara bertahap dan terus-menerus dari hulu ke hilir dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, “ jelas Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University ini.
IPB University telah mencoba menerapkan metode ini dan produktivitasnya cukup menguntungkan petani. Produktivitas kedelai bisa mencapai dua ton per hektar dari 0,6 ton per hektar di musim kemarau. “Penanaman kedelai di bawah tegakan sawit juga sangat potensial untuk pengembangan kedelai. Cara ini bisa diterapkan pada sawit di bawah umur tiga tahun. Sedangkan penanaman di perkebunan tebu juga dapat meningkatkan produktivitas kedua komoditas. Sistem rotasi padi-kedelai di lahan pasang surut juga merupakan salah satu alternatif pengembangan kedelai di masa depan. Budidaya Jenuh air yang dikembangkan IPB University juga sangat cocok untuk pengembangan kedelai di lahan sawah yang potensial, “ jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa kita tidak bisa mewujudkan kemandirian kedelai dengan hanya satu komoditas. “Harus ada integrasi antar komoditas. Kita harus merancang pola tanamnya, baik rotasi atau tumpang sari. Integrasi teknologi hulu ke hilir harus dikuasai serta harus punya pendamping yang bagus dan mampu mensosialisaikan hasil riset ke masyarakat sehingga masyarakat mampu memasarkan sendiri,”pungkasnya. (MW)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/06/prof-munif-ghulamahdi-ungkap-pentingnya-hasil-riset-bagi-kebangkitan-kedelai-nasional/274be552969dd2771b17ee2f9e84854c