Prof Hardinsyah: Menjadi Foodpreneur Ternyata Tidak Sesulit Yang Dibayangkan
Impian menjadi pengusaha besar ternyata tidak perlu modal hingga ratusan juta. Di tengah tren industri kuliner yang semakin berkembang, kesempatan menjadi pengusaha kuliner atau foodpreneur maupun nutripreneur juga terbuka lebar.
Prof Hardinsyah, Guru Besar Ilmu Gizi IPB University mengatakan untuk mengembangkan bisnis kuliner, faktor terpenting adalah tekad, bisa melihat pasar dan bisa mengembangkan sisi unik produk. Cita rasa yang menggugah selera, keunikan dan layanan yang memuaskan pasti akan dicari konsumen.
Di tengah berkembangnya usaha kuliner dengan sarana digital, lanjutnya, kini masyarakat tidak perlu lagi mengunjungi restoran. Pesanan makanan akan lebih mudah dipesan dan diantar kepada pelanggan.
“Bila banyak mahasiswa yang menyadari potensi pengembangan bisnis ini, maka akan memperbanyak jumlah foodpreneur dan entrepreneur di Indonesia. Sarjana boga, teknologi pangan hingga ekonomi dapat memulai terjun ke bisnis ini,” sebutnya dalam Webinar Pergizi Pangan Seri ke-103 “Sulitkah Memulai Foodpreneurship dan Nutripreneurship? Mereka Bisa Kenapa Kamu Tidak?, (29/06).
Menurutnya, sejak 25 abad yang lalu, foodpreneur tidak lepas dari kebutuhan perut, pangan dan otak. Namun di jaman modern, kuliner tidak sekedar pemenuhan makanan. Pemilihan asupan makanan dapat menentukan kesehatan tubuh. Konsumen kini mementingkan rasa yang enak, namun masih nyaman di perut dan baik bagi kesehatan.
“Dalam mengembangkan foodpreneur harus mengutamakan terlebih dulu rasa enak di mulut. Berdasarkan penelitian, aspek sehat menjadi urutan kedua dan ketiga, yang penting enak. Jadi untuk memulai bisnis apapun di bidang pangan, yang utama adalah rasa enak,” tambahnya.
Ia menyarankan untuk mengembangkan bisnis sebagai foodpreneur sendiri daripada dipekerjakan orang lain. Bisnis dapat dikelola sendiri dan bisa memiliki sistem kerja sesuai pilihan diri. Menurutnya, tren sistem foodpreneur semi autopilot juga semakin berkembang. Model bisnis ini menawarkan bisnis kuliner yang sudah tersedia online marketingnya dan dapat dilakukan sebagai pekerjaan sampingan. Bisnis ini dapat dilakukan dengan hanya modal kecil sambil dapat bekerja sesuai bidang profesi. Bisnis ini sangat cocok bagi generasi muda yang ingin mengembangkan usahanya di bidang pangan dengan modal kecil.
“Model bisnis ini dapat menghindari biaya sewa restoran yang tinggi, modal awal tinggi dan tidak perlu melayani konsumen di tempat,” ujarnya. Tren ke depannya, imbuhnya, permintaan konsumen terhadap makanan enak dan sehat akan semakin meningkat. Potensi ini patut dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis kuliner, terutama di wilayah Pulau Jawa dan Bali, dimana tren gaya hidup sehat semakin meningkat.
“Konsumen semakin perhatian terhadap keamanan pangan dan kualitas makanan, sehingga pebisnis kuliner juga harus menjaga sustainability produknya,” ujarnya. (MW/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/07/prof-hardinsyah-menjadi-foodpreneur-ternyata-tidak-sesulit-yang-dibayangkan/cd1bafb3232413dc94fd02e38fcb61b6