Tak sedikit orang berolahraga sekedar untuk membentuk tubuh yang ideal dan meningkatkan performa fisik. Padahal, bila ingin meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia, olahraga harus dikombinasikan dengan gizi yang baik.
Prof Hardinsyah, Guru Besar Ilmu Gizi IPB University menyebutkan bahwa bidang olahraga dan gizi atau gizi olahraga dapat membantu menurunkan risiko gangguan stres dan penyakit tidak menular. Misalnya seperti stroke, jantung, hingga diabetes. Ia berharap akan ada lebih banyak lulusan ilmu gizi yang berminat di bidang gizi olahraga.
Adapun bidang ini menuntut kolaborasi bersama psikolog, spesialis anak, spesialis syaraf hingga spesialis jantung. Ia menjelaskan, berdasarkan berbagai penelitian meta analisis, olahraga memiliki hubungan positif dengan peningkatan fungsi kognitif. Namun masih dibutuhkan penelitian lebih dalam terkait dosis minimum dan berapa lama rentang waktu olahraga yang disarankan. Area penelitian ini masih terbuka lebar bagi para lulusan ilmu gizi.
“Berbagai tipe olahraga memiliki respon terhadap kesehatan yang berbeda, tapi umumnya senam dapat meningkatkan fungsi kognitif,” katanya dalam Webinar Pergizi Pangan Seri ke-106 dengan tema “Gizi Olahraga dan Kebugaran”, (20/07).
Menurutnya, World Health Organization (WHO) menganjurkan bahwa olahraga seringkas apapun sebenarnya masih bermanfaat bagi tubuh dan mental. Walau tidak rutin, tetap ada manfaatnya walau efeknya tidak sedahsyat olahraga rutin dan tidak terlalu optimal. Sirkulasi darah semakin lancar, fungsi otak juga membaik.
“Apalagi dikombinasikan dengan pengaturan tidur yang cukup dan baik maka fungsi-fungsi kognitif kita akan semakin membaik,” tambahnya.
Bagi yang berusia senja, imbuhnya, olahraga akan membantu tidur yang lebih nyenyak, di samping peningkatan daya ingat. Belasan studi juga menunjukkan olahraga mampu turut mengendalikan stres. Bila dikombinasikan antara olahraga, gizi serta tidur yang cukup, maka harapan hidup akan meningkat.
“Penelitian meta analisis pada penderita stroke menunjukkan bahwa olahraga rutin sudah dapat memberikan hasil yang baik pada enam bulan pertama. Olahraga dapat membantu pergerakan organ-organ utama yang tadinya tidak berfungsi dengan baik akibat stroke,” jelasnya.
Umumnya, katanya, olahraga juga membantu domain kognitif pada penderita stroke. Seperti kerja daya ingat, atensi dan fungsi eksekutif. Namun frekuensi dan waktu olahraga harus diperhatikan dan dikonsultasikan terlebih dulu.
“Terapi olahraga dan olahraga pasca terapi akan memberikan efek yang lebih terasa bila dilanjutkan hingga lebih dari 18 bulan. Disarankan tidak sampai melakukan olahraga berat. Namun olahraga ringan dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Setiap sesi dilakukan selama 45-60 menit dan paling tidak dilakukan berturut-turut dalam 12-14 minggu untuk memperbaiki fungsi kognitif post stroke,” imbuhnya.
Menurutnya, upaya ini tidak akan efektif bila diberhentikan lebih awal. Jadi paling tidak harus dilanjutkan sampai 2-3 tahun dan dijadikan kebiasaan sehari-hari. Olahraga ringan yang disarankan adalah jalan kaki, senam aerobik, gerak ringan, olahraga keseimbangan dan treadmill. (MW/Zul)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/prof-hardinsyah-gizi-dan-olahraga-tidak-hanya-bermanfaat-untuk-kebugaran-fisik-tapi-juga-mental-dan-kognitif/2e73ad46f7a32c0263f3a7fcf15823c9