0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Prof Dwi Andreas Santosa Ungkap Penyebab Kelangkaan Kedelai di Indonesia

Prof Dwi Andreas Santosa Ungkap Penyebab Kelangkaan Kedelai di Indonesia

Artikel / Press release

Profesor Dwi Andreas Santosa, pakar pertanian dari IPB University turut memberikan penjelasan tentang permasalahan kedelai nasional dalam Webinar Fenomena Krisis dan Titik Kritis Penyediaan Pangan yang diselenggarakan oleh Dewan Guru Besar IPB University, 20/3.

Prof Andreas mengatakan, “Saat ini, produksi kedelai Indonesia terus mengalami penurunan, bahkan data terakhir berdasarkan informasi dari Menteri Pertanian, produksi kita hanya 210.000 ton, sedangkan konsumsi kedelai kita terus meningkat. Saat diatasi dengan impor, pada tahun 2021 impor kedelai kita mencapai 7,9 juta ton.”

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah impor kedelai tidak dapat terlepas dari politik baik nasional maupun internasional. Hal ini berawal dari Letter of Intent (LoI) International Monetary Fund (IMF) yang ditandatangani oleh Presiden RI kedua Soeharto pada Januari 1998 yang mengharuskan Indonesia untuk menghapus peran pangan oleh Bulog. Dengan dicabutnya monopoli impor pangan oleh Bulog, menyebabkan peran Bulog dalam mengelola pangan dibatasi, serta larangan pemberian kredit likuiditas bagi Bulog.

Tahun 2000 pemerintah Amerika Serikat sebagai produsen kedelai dunia mengeluarkan kebijakan GSM25 untuk importir Indonesia yang memiliki pengaruh besar pada produk kedelai nasional. “Saat tahun 2022, saya melakukan kajian besarnya biaya di tingkat usaha tani dengan impor, kalau impor itu harganya 1500 per kilogram, sedangkan  kedelai petani harganya 2500 per kilogram, sehingga tertekannya harga kedelai di tingkat petani menyebabkan petani perlahan-lahan meninggalkan budidaya kedelai dan beralih ke komoditas lain,” ujar Prof Andreas.

Prof Andreas mengungkapkan, pengelolaan harga kedelai dalam negeri terutama yang diproduksi oleh petani menjadi kunci dalam meningkatkan produksi kedelai nasional dan mengurangi impor. Harga kedelai di tingkat konsumen harus dinaikkan dengan cara menaikkan tarif impor kedelai sampai mencapai tingkat tertentu sehingga harga kedelai impor yang masuk ke Indonesia setara dengan biaya produksi kedelai di dalam negeri.

Prof Andreas juga menerangkan, keliru ketika mengatakan Indonesia tidak dapat menanam kedelai. Hal ini berkaca pada Brazil sebagai produsen utama kedelai di dunia yang berada di wilayah ekuator seperti Indonesia sehingga Indonesia tentu memiliki peluang yang sama.

Dalam pemaparannya, Prof Andreas mengungkapkan Indonesia pada tahun 2020 masuk rangking 65 berdasarkan indeks ketahanan pangan. Sementara itu, pada isu Natural Resources dan Resillience Indonesia berada di urutan 4 terbawah setelah Benin, Qatar dan Bahrain. (SMH)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/prof-dwi-andreas-santosa-ungkap-penyebab-kelangkaan-kedelai-di-indonesia/8f75de4d12016210c6eca115abaa6cda

× Butuh bantuan?
Skip to content