0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Peneliti IPB University Hadirkan Teknologi 4.0 dalam Budidaya Lobster

Peneliti IPB University Hadirkan Teknologi 4.0 dalam Budidaya Lobster

Artikel / Press release

Peneliti dan dosen IPB University dari Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Dr Irzal Effendi mengembangkan inovasi lobster akuakultur estate. Inovasi tersebut hadir untuk memajukan budidaya komoditas lobster di Indonesia.

Dr Irzal menyatakan terdapat dua aspek yang ingin dicapai dari pengembangan inovasinya itu. Aspek yang dimaksud yakni aspek komoditas dan aspek inovasi agro maritim 4.0.   “Tujuannya untuk memantapkan teknologi budidaya lobster melalui penelitian aksi terapan serta menghadirkan teknologi 4.0 dalam proses penelitiannya,” kata Dr Irzal.

Dosen IPB University itu melanjutkan, sistem dan teknologi budidaya lobster saat ini belum mantap, sehingga perlu pendekatan kawasan atau estate. Upaya ini guna membangun ekosistem agribisnis yakni konektivitas yang kuat antara sentra benih baby lobster, sumber pakan, dan konsumen dengan lokasi pengembangan.

Terkait teknologi 4.0 yang dikembangkan pada program Lobster Akuakultur Estate ini adalah aplikasi kamera bawah air beresolusi tinggi yang terintegrasi dengan IoT (Internet of Things). Dengan demikian, tingkah laku, morfometri lobster, dan kondisi sisa pakan di dasar kolam budidaya dapat dipantau dari jarak jauh.

Alasan pemakaian kamera pintar ini karena komoditas lobster memiliki tingkah laku kanibalisme yang tinggi, terutama pada saat musim pergantian kulit atau moulting.  “Pengembangan teknologi ini nantinya diarahkan pada otomatisasi informasi tingkah laku kanibalisme lobster dalam rangka pengembangan sistem peringatan dini,” ujar Dr Irzal.

Selain itu, katanya, kamera tersebut bisa membantu menduga ukuran panjang lobster yang bisa dikonversi ke ukuran bobot. Upaya ini bisa mempermudah pekerjaan sampling yang umumnya dilakukan dengan menangkap sampel lobster, mengangkatnya keluar dari wadah budidaya, kemudian mengukur panjang dan bobotnya.  Prosedur sampling secara konvensional tersebut bisa menyebabkan terganggunya lobster secara fisiologis, yang berdampak kepada stres, dan berujung kepada kematian. Penggunaan kamera bawah air pintar ini ditujukan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kejadian tersebut di atas.

Selain teknologi kamera bawah air cerdas, rencananya akan diaplikasikan juga pemberian pakan otomatis pintar (smart automatic feeder). Pemakaian teknologi ini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Kepulauan Seribu untuk ikan kerapu. Alat pemberian pakan pintar ini diintegrasikan dengan instrumen pengukur kualitas air, sehingga akan bekerja berdasarkan kondisi kualitas air yang terukur.  Pada pemberi pakan otomatis konvensional, alat akan bekerja menyemprotkan pakan berdasarkan timer yang diatur secara manual, tidak mempertimbangkan nafsu makan ikan kultur.  Nafsu makan spesies kultur bergantung kepada kondisi kualitas air, terutama suhu, oksigen terlarut, amoniak, cahaya, dan sebagainya.

Aplikasi smart automatic feeder ini bisa menghemat penggunaan tenaga kerja, dan membantu pemberian pakan pada saat situasi ekstrim di laut seperti badai dan gelombang tinggi.

Selain teknologi 4.0 pada perangkat keras, pada lobster aquaculture estate ini telah dikembangkan perangkat lunak yang diberi nama Lobusta yang hak ciptanya telah diperoleh dari Kementerian Hukum dan HAM. Perangkat lunak ini memungkinkan proses budidaya lobster berlangsung lebih cepat, tepat dan akurat.

Dr Irzal mengatakan, inovasi yang dikembangkan merujuk pada data sekunder dan hasil riset di luar negeri terkait penggunaan teknologi 4.0 dalam budidaya lobster. Teknologi 4.0 dinilai dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, serta memperbesar keberlanjutan dan keberlangsungan hidup lobster.

“Menurut perhitungan komprehensif dari hasil  riset-riset di luar negeri, saya optimis hasilnya lebih baik. Teknologi 4.0 ini akan menjadi keniscayaan karena arah pengembangan akulkultur harus mengikuti perkembangan teknologi kekinian,” tambahnya.

Riset ini juga diharapkan menghasilkan tiga publikasi internasional, lima publikasi nasional, dan didiseminasikan di seminar internasional. Bahkan di dalam seminar internasional tersebut, Dr Irzal mendapatkan penghargaan Best Presenter atas inovasinya.  Hal ini sebagai wujud kinerja dalam riset agromaritim 4.0.

Riset ini juga akan dikembangkan lebih lanjut, tidak hanya berhenti sebagai publikasi dan laporan. Bahkan melalui riset ini telah dihasilkan 13 standar operating procedure (SOP) yang siap diimplementasikan di unit-unit produksi akuakultur di Indonesia. “Inovasi ini diharapkan dapat memperkuat teknologi budidaya lobster di Indonesia dalam rangka menjadi produsen lobster utama di dunia mengalahkan Vietnam,” katanya.

Terkait ketersediaan benih yang sering menjadi kendala dalam budidaya lobster, yang dikabarkan ketersediaan benih di hampir seluruh sentra benih juga menipis. Dr Irzal mengatakan budidaya lobster ini berbasis benih alam sehingga perlu ada strategi khusus agar produksi lobster memberikan keuntungan.

“Strateginya kita akan menerapkan pola tanam. Di saat musim benih dan harga benih bayi lobster atau lobster muda murah, benih ini akan dibeli. Sedangkan saat benih langka yang disertai hasil tangkapan ukuran konsumsi yang langka, lobster tersebut akan dijual kembali,” jelasnya.

Ia menambahkan, dengan adanya kendala benih ini, pengembangan teknologi budidaya lobster harus terus dilakukan. Harapannya, Indonesia menjadi unggul dalam budidaya lobster dan mengalahkan Vietnam. Menyinggung strategi jangka panjang, peran pemerintah diperlukan untuk mengembangkan pembenihan  karena memerlukan investasi tinggi. (MW)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/peneliti-ipb-university-hadirkan-teknologi-4-0-dalam-budidaya-lobster/fc62c188be3992f7f18d625a23192ff0

× Butuh bantuan?
Skip to content