0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Pakar Gizi IPB University Bicara Pengaturan Pola Makan dan Minum yang Tepat Saat Puasa

Pakar Gizi IPB University Bicara Pengaturan Pola Makan dan Minum yang Tepat Saat Puasa

Artikel / Press release

Puasa bukan hanya berkaitan dengan menunda lapar, tetapi pengaturan pola makan dan minum. Pengaturannya juga tidak hanya sekedar jenis dan jumlahnya saja. Menurut, Prof Hardinsyah, Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, di era pengetahuan modern, pengaturan makan dan minum menjadi penting. Tidak hanya itu, pengetahuan terkait pengaturan pola makan di saat puasa terbilang masih langka dalam tren diet modern. Seharusnya, katanya, pengaturan terhadap jenis, jumlah, dan jarak waktu makan pada berbagai jenis makan turut diperhatikan.

Prof Hardinsyah mengatakan, masyarakat harus mempersiapkan strategi pengaturan makanan dan minuman ketika berpuasa. Ia menegaskan bahwa berpuasa tidak hanya sekedar menahan lapar karena puasa dan kelaparan merupakan dimensi yang berbeda.

Dosen IPB University dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia ini menjelaskan, lapar adalah kondisi tidak disengaja akibat kondisi tertentu dan waktu berakhirnya juga tidak menentu. Sedangkan puasa merupakan tindakan yang diniatkan serta memiliki batas waktu yang jelas. Tidak seperti puasa, kelaparan dapat memicu kemarahan sedangkan puasa dapat menimbulkan kepuasan.

“Awal masa puasa pasti akan membuat seseorang merasa lapar. Namun, pada hari kedua atau ketiga, tubuh sudah bisa menyesuaikan,” ujarnya.  Awal puasa, kata Prof Hardinsyah, hormon ghrelin yang memberi sinyal lapar akan naik dan hormon leptin yang memberi sinyal rasa kenyang akan turun. Setelah terbiasa berpuasa, hormon ghrelin akan turun dan leptin naik sehingga tubuh tidak mudah merasa lapar.

Menurut berbagai studi menjelaskan bahwa puasa dapat mengubah sistem pencernaan, metabolisme, hormon, saraf, hingga kardiovaskuler pada manusia. Prof Hardinsyah juga mengatakan puasa bisa menekan kadar kolesterol, tekanan darah, hingga mengurangi faktor risiko gangguan metabolik maupun kardiovaskuler. Puasa juga dapat membantu menurunkan berat badan karena adanya pembatasan kalori.

“Puasa juga memicu autofagi yang merupakan mekanisme tubuh untuk memakan sel-sel yang sudah tua dan rusak serta menggantikannya dengan sel-sel baru,” tambahnya.   Proses autofagi diyakini dapat meningkatkan kesehatan tubuh, mencegah penuaan dini, hingga memperpanjang usia.

Namun menurutnya penerapan pola makan yang salah malah dapat memicu kenaikan berat badan. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa makan sahur dan berbuka yang berlebih akan menguatkan puasa. Padahal, anggapan tersebut keliru, karena asupan kalori dan jenis makanan yang kurang sehat justru akan memicu dampak buruk bagi kesehatan. Tidak hanya itu, efek yang ditimbulkan dapat mengganggu aktivitas ibadah selama berpuasa. (MW)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/pakar-gizi-ipb-university-bicara-pengaturan-pola-makan-dan-minum-yang-tepat-saat-puasa/a5d19a486efbe905babdc5e801649791

× Butuh bantuan?
Skip to content