0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Kupas Tuntas Lebah Tanpa Sengat dan Musuh Alaminya, Simak Disini!

Kupas Tuntas Lebah Tanpa Sengat dan Musuh Alaminya, Simak Disini!

Artikel / Press release

Lebah memiliki peranan penting bagi keseimbangan ekosistem. Selain produk madu yang bermanfaat bagi manusia, lebah juga memiliki peran sebagai serangga penyerbuk.

Tanpa lebah, keseimbangan ekosistem akan terganggu dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan.
Dalam rangka World Bee Day 2022, IPB University bekerja sama dengan Asosiasi Perlebahan Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Patompo, Universitas Tadulako dan Kementerian Pertanian RI menggelar Webinar “Waspada Hama dan Penyakit pada Lebah”, Senin (18/07). Dr Tri Atmowidi, Dosen IPB University dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) mencoba mengupas lebih dalam terkait hama atau musuh alami lebah tanpa sengat.

Menurutnya, lebah tanpa sengat atau lebih sering dikenal dengan lebah propolis (stingless bee) berbeda dengan lebah madu biasa karena tidak memiliki sengat. Masyarakat lebih mengenalnya dengan nama lokal klanceng atau lancing di Jawa, galo-galo di Sumatera, kelulut di Kalimantan, serta letape atau emmu di Sulawesi. Lebah ini dinilai cukup aman bagi manusia bahkan untuk usia anak-anak.

Lebah ini punya cara menyerang dengan menggigit dan cenderung tidak berbahaya.
“Distribusinya di dunia berfokus di daerah tropis dan sub tropis. Di antaranya Amerika Selatan, Afrika, Asia, Australia dan Indonesia. Lebah ini dibagi ke dalam beberapa genus dan di Indonesia memiliki 37 spesies. Jumlah terbanyak terdapat di Kalimantan dengan total 31 spesies. Lebah ini gemar bersarang di sela-sela rumah hingga pondasi bangunan,” jelasnya.

Ia menjelaskan, struktur internal lebah tanpa sengat terdiri dari tiga bagian dan penuh madu. Lebah ini mampu menghasilkan madu 5.8 kilogram per tahun dan kaya akan propolis. Madunya dikenal lebih mahal karena produksi madunya lebih sedikit daripada lebah madu biasa.

“Lebah ini juga berperan besar sebagai penyerbuk tanaman. Kadang nilai ekonominya kurang dievaluasi dan diperhitungkan. Padahal nilainya besar karena dilihat dari produksi madu dan propolisnya saja,” ujarnya.

Ia mengatakan, populasi lebah ini terkadang terancam akibat CCD atau colony collapse disorder.  Menurunnya populasi lebah ini disebabkan oleh virus, hama, mengkonsumsi tanaman Genetically Modified Organism (GMO) hingga pestisida.
“Adapun hama yang sering menjadi musuh lebah tanpa sengat di antaranya ngengat lilin, kumbang, hingga tungau. Biasanya, kumbang menginfestasi koloni lebah. Sementara lebah mengeluarkan perilaku pertahanannya dengan cara mengeluarkan resin, mengeroyok musuhnya, maupun membuang bangkai kumbang,” imbuhnya.

Penelitian di Pandeglang tahun 2019, katanya, menunjukkan bahwa rata-rata investasi kumbang berjenis histerids dan nitudulids merupakan hama yang menyerang koloni lebah tanpa sengat di Indonesia, di samping musuh alami lain. Penelitian ini dilakukan pada tipe sarang stup dan bambu. Diketahui bahwa larva kumbang sangat berbahaya karena dapat merusak sarang.
Selain itu, imbuhnya, musuh alami lainnya adalah tawon, lalat phorid, semut, kepik, rayap, parasitoid dan tungau. Lebah tanpa sengat juga dapat diserang oleh bakteri, cendawan dan virus. Keberadaaan lebah ini di alam dipengaruhi oleh musuh alami predator, parasitoid, penyakit. Serangan hama dan penyakit ini tentu dapat mempengaruhi populasi lebah dan produktivitas madu.

“Perlu kewaspadaan terhadap serangan kumbang Aethina tumida karena spesies ini sudah banyak menyerang koloni lebah di Australia,” tutupnya. (MW/Zul)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/kupas-tuntas-lebah-tanpa-sengat-dan-musuh-alaminya-simak-disini/0c8d0441339097b47942bcf7934f1143

× Butuh bantuan?
Skip to content