Kedelai Langka, Teknologi IPB University Bisa Jadi Solusinya
Kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu di tanah air banyak yang disediakan dari impor. Hal ini menyebabkan produsen tahu dan tempe menjerit tatkala harga kedelai di pasar dunia melangit. Kenapa Indonesia masih sangat tergantung pada kedelai impor? Bukankah seharusnya kita bisa swasembada untuk komoditas ini?
IPB University berhasil menemukan teknologi budidaya kedelai yang cocok ditanam di lahan pasang surut. Teknologi tersebut berupa teknologi budidaya jenuh air (BJA) kedelai.
Profesor Munif Ghulamahdi, inovator dari IPB University menjelaskan bahwa BJA adalah sistem penanaman kedelai dengan memberikan irigasi secara terus menerus dan membuat muka air tetap. Hal ini menyebabkan lapisan di bawah perakaran mengalami jenuh air.
Dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura ini telah membuktikan bahwa teknologi BJA dapat meminimalisir sifat negatif dari lahan pasang surut. Dengan demikian, teknologi BJA layak dikembangkan untuk perluasan areal tanam kedelai.
“Dalam mendukung teknologi BJA, diperlukan adanya tata kelola kawasan produksi BJA serta menjamin tersedianya benih unggul dan sarana produksi lainnya,” terang Prof Munif. Ia menambahkan, benih kedelai unggul yang digunakan potensi produktivitasnya dapat mencapai 4,63 ton per hektar di penelitian. Kegiatan BJA selanjutnya diterapkan pada lahan petani pada areal 500 ha di tipe luapan C pada lahan pasang surut dan diperokeh 2.6 ton per hektar. Sedangkan produktivitas nasional hanya 1,5 ton per hektar. Teknologi ini telah terapkan di Jambi, Palembang dan Lampung.
Pada tahun 2021, produksi kedelai nasional di lahan non pasang surut sekitar 200 ribu ton dengan konsumsi nasional sebesar 2.6 juta ton. Kekurangan sebesar 2.4 juta ton dapat dipenuhi dengan menggarap lahan pasang surut pada areal tanam 1juta hektar. Sementara, luas lahan pasang surut di Indonesia adalah sebesar 20 juta hektar.
“Apabila 5 persen saja dari lahan pasang surut tersebut dimanfaatkan untuk budidaya kedelai, diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan nasional. Jika kebutuhan benih sekitar 50 kg per hektar perlu penyediaan benih sebesar 50 000 ton” kata Prof Munif.
Jika pemerintah mau serius untuk memanfaatkan teknologi temuan anak bangsa ini, niscaya swasembada kedelai bisa diwujudkan. Untuk itu perlu langkah-langkah konkrit untuk mengimplementasikan berbagai teknologi temuan para akademisi dan peneliti, salah satunya teknologi BJA ini untuk membebaskan Indonesia dari problem kelangkaan kedelai yang terus berulang. (*)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/02/kedelai-langka-teknologi-ipb-university-bisa-jadi-solusinya/a19996d50c73101a2eade106434914bb