IPB SSRS Association Gelar Workshop Riset Bagi Mahasiswa Yang Bercita-cita Menjadi Peneliti
IPB Sustainable Science Research Students (SSRS) Association menggelar workshop riset sebagai rangkaian program adaptasi dan magang calon anggota organisasi, (10/04). Kegiatan ini bertujuan untuk membuka wawasan dan bekal bagi calon anggota setelah melakukan penugasan serta saat menjalani riset organisasi setelah pengumuman seleksi.
Dengan tema “Peningkatan dan Akselerasi Keilmuan Mahasiswa Sebagai Kontribusi Terhadap Keberlanjutan Peradaban Riset Indonesia”, kegiatan ini menghadirkan Dr Eva Anggraeni, Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS) IPB University.
Ia menyebutkan pentingnya riset bagi mahasiswa adalah sebagai sarana membangun wawasan dan pembelajaran.
“Sehingga ilmu akan terus berkembang dan mahasiswa semakin memahami berbagai persoalan kehidupan. Mahasiswa juga turut termotivasi dalam memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, riset merupakan aktivitas bersifat kontinyu. Riset sebagai sebuah siklus memiliki keterkaitan dengan publikasi. Peneliti wajib mempublikasikan hasil riset untuk mengkomunikasikan dan mendiseminasikannya kepada khalayak.
“Sebelum masuk ke arena publikasi itu sendiri, kita harus tahu rules of the game-nya. Banyak aturan main yang harus dipatuhi karena merupakan konsensus yang dipahami dan dipraktikkan oleh komunitas saintifik dunia. Tentu hal ini perlu dipelajari dan mungkin dapat menjadi bagian program SSRS sehingga tidak hanya mengasah skill dalam riset, tetapi skill dalam publikasi,” terangnya.
Ia menjelaskan, publikasi ilmiah merupakan sarana yang baik dalam mengkomunikasikan sains. Publikasi ilmiah juga dapat membangun opini publik. “Bahkan dapat menjadi alat pancing untuk kemajuan lebih lanjut dan mengundang kolaborasi. Selain itu, bermanfaat juga untuk membangun karir sukses sebagai seorang peneliti,” imbuhnya.
Dr Didit Okta Pribadi, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai pembicara kedua mengatakan bahwa riset harus memberikan dampak besar bagi dunia. Terutama terkait isu yang keberlanjutan. Fokus penelitian di bidang ini masih sangat luas dan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena peneliti turut dihadapkan dengan kompleksitas.
“Peneliti harus mampu bereaksi secara cepat di tengah lingkungan yang terus berubah. Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dan mengatasi kompleksitas tersebut dan mencapai keberlanjutan,” katanya.
Menurutnya, riset terkait isu lingkungan tidak bisa disimplifikasi. Karena antara manusia dan alam harus saling terkoneksi. Tantangan peneliti dalam hal ini adalah menentukan bagaimana mencapai keberlanjutan dengan konektivitas tersebut.
Dr Ernan Rustiadi Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University turut menjelaskan bahwa pemikiran, filosofi, dan paradigma di bidang lingkungan dan keberlanjutan terus mengalami perkembangan. Awalnya, sains menjadi jangkar utama dalam pembentukan berbagai pemikiran di bidang ini. Namun, saat ini sains, pergerakan dan etika semakin tidak bisa dipisahkan.
“Sustainable Development Goals (SDGs) telah menjadi narasi global. Tidak ada negara yang secara umum menolak SDGs ini. Sehingga kini menjadi mainstream aktivitas dunia dan menjadi bahasa terbaik untuk menjembatani hubungan antar negara,” pungkasnya.
Tetapi di balik itu, lanjutnya, terdapat praktik greenwashing, free riding, dan opportunism. Perilaku ini membuat individu atau kelompok tertentu seolah-olah mendukung dan mendorong aktivitas maupun produk bertemakan ramah lingkungan. Padahal, perilaku ini merupakan siasat untuk menguntungkan kelompok maupun golongan tertentu, misal dalam bisnis.
“Maka untuk membersihkan itu, sangat penting bagi kita untuk menguatkan landasan moral dan etik dalam membicarakan sains,” tutupnya. (MW/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/04/ipb-ssrs-association-gelar-workshop-riset-bagi-mahasiswa-yang-bercita-cita-menjadi-peneliti/59068470f5e88599b00868f40b31c76e