Guru Besar IPB University Ungkap Hasil Survei Dampak Pandemi Terhadap Interaksi Keluarga
Keluarga secara mendalam dapat dimaknai sebagai tempat bergantung, saling melindungi. Dalam makna khusus, berkeluarga adalah ibadah terlama dan terpanjang dalam kehidupan manusia. Makna keluarga lebih terasa pada saat pandemi. Rasa ketakutan terkena COVID-19, ketakutan kehilangan anggota keluarga serta suasana kematian yang menyeramkan menjadi penyebabnya.
Prof Euis Sunarti, Guru Besar Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University menjelaskan bahwa kondisi pandemi memperluas kerentanan. Tapi juga mendorong keluarga mengoptimalkan sumberdayanya untuk menghadapi situasi ini.
Untuk mengetahui kerentanan keluarga terhadap pandemi, Prof Euis mengadakan survei sebanyak 3 kali dan diikuti keluarga dengan pendidikan Diploma sampai S3, sebesar 75-80 persen, tersebar dari seluruh Indonesia. Peserta terbesar berasal dari Jawa Barat dan Jakarta.
“Kondisi awal pandemi menyebabkan harus tetap berada di rumah sehingga keluarga harus mengelola kesehariannya. Hasil survei pertama menunjukkan persentase yang besar, mengaku bahwa wabah ini mendorong interaksi suami istri menjadi lebih baik. Mereka lebih memaknai arti keluarga. Pengasuhan anak juga diakui para keluarga menjadi lebih baik dan menjadi lebih sabar serta mengelola waktu jadi lebih baik,” ujarnya.
Di sisi lain Prof Euis juga menggambarkan kondisi keuangan keluarga berdasarkan kepemilikan tabungan. “Pada survei pertama, ditemukan sebesar 52,8 persen, pada survei kedua sebesar 45 persen dan pada survei ketiga terdapat sebesar 67 persen keluarga dengan kemampuan memenuhi kebutuhan keluarga hingga 1-2 bulan. Artinya jika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dia hanya punya tabungan untuk menghidupi keluarga selama 2 bulan. Bayangkan jika belum punya rumah dan memiliki berbagai cicilan, artinya tekanan ekonominya tinggi,” ungkapnya.
Selain itu, imbuhnya, ditemukan gejala stres seperti gangguan tidur, gangguan makan hingga mudah cemas dan gelisah dialami 1 dari 2 keluarga. Hal ini merupakan pengakuan bahwa pandemi mendatangkan gejala stres.
Uniknya di tengah tekanan ekonomi serta stres yang tinggi, Prof Euis menemukan 98 persen keluarga yakin mampu melalui kondisi pandemi dan bangkit kembali. Ada 93 persen keluarga yang yakin mampu menghadapi ketidakpastian, 97,6 persen keluarga dapat berkomunikasi mencegah konflik serta 98 persen meyakini bahwa wabah ini merupakan cobaan dan ujian.
Menurutnya resiliensi yang merupakan ketahanan keluarga dalam menghadapi krisis menjadi kunci utama.
“Jika keluarga memiliki resiliensi maka tidak akan pecah seperti gelas kaca yang jatuh namun akan seperti bola yang dilempar ke bawah dan membal ke atas,” jelasnya. Ia menambahkan, keluarga akan memiliki resiliensi yang baik jika dalam prosesnya terdapat believe system yang baik, pola organisasi keluarga, pengelolaan keuangan, waktu, tenaga, penyelesaian masalah dengan baik. Keluarga dengan pola komunikasi yang baik dalam kondisi krisis akan menjadikan komunikasi sebagai alat mencegah hal yang tidak diinginkan.
“Jika ada krisis keluarga itu tidak akan pecah berantakan,” ungkapnya. Prof Euis menjabarkan pentingnya believe system dalam resiliensi keluarga. “Pada dasarnya keluarga mengalami kerentanan tapi keluarga itu berusaha mengoptimalkan sumberdayanya terutama dalam hal interaksi keluarga, kesabaran, ibadah lebih baik dan keyakinan bahwa pandemi merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa. Maka dia yakin dapat melewatinya dan ini merupakan bagian dari believe systemnya,” jelasnya.
Di akhir Prof Euis menyampaikan bahwa membaca fakta yang ada, seperti kesehatan mental maupun kasus perceraian yang tinggi, harus dilengkapi dengan temuan lain yang lebih menggambarkan kondisi keluarga.
“Sebaiknya temuan itu tidak disampaikan secara terpisah sehingga memberikan gambaran bahwa keluarga sumber masalah. Keluarga memang benar menghadapi persoalan yang tidak sederhana tapi di sisi lain mereka bisa bangkit. Inilah menjadi catatan betapa pentingnya keluarga karena ujung tombak pembangunan itu adalah keluarga,” tandasnya. (IR/Zul)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/guru-besar-ipb-university-ungkap-hasil-survei-dampak-pandemi-terhadap-interaksi-keluarga/70f98577c4f48a9f38e522cd00b82402