Guru Besar IPB University Tepis Mitos Seputar Kedelai yang Beredar di Masyarakat
Prof Hardinsyah, Guru Besar Tetap Ilmu Gizi IPB University mengatakan bahwa masyarakat dunia menghadapi suasana diet berkelanjutan. Salah satu syaratnya dengan menghindari ketimpangan antara kebutuhan pangan nabati dan hewani. Gizi dari pangan nabati yang terkenal sangat baik adalah kelompok kacang-kacangan, seperti kacang kedelai.
“Manfaat kedelai telah ditulis lebih di 8,570,000 artikel sehingga tidak salah apabila perlu pembahasan mendalam terkait manfaatnya,” ujar Prof Hardinsyah, Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, dalam PERGIZI PANGAN Webinar Series ke-88 dengan tema “Soybean Indonesia – Health Benefits of Soy Product,” (16/3).
Sementara, Prof Ahmad Sulaeman, Guru Besar IPB University Bidang Keamanan Pangan dan Gizi berbagi wawasan terkait mitos dan fakta seputar kedelai dan produk turunannya sebagai sumber pangan. Ia menyebutkan, nilai gizi kedelai tidak perlu diragukan lagi. Namun demikian, masih beredar mitos dan isu negatif terkait kedelai di masyarakat.
Isu dan mitos seputar kedelai kedelai yang sering didengar oleh masyarakat adalah kurang baik bagi pria. Kandungan phytoestrogen dan isoflavon dalam kedelai disinyalir dapat membuat pria menjadi feminim. Isoflavon juga disebutkan dapat menyebabkan kanker payudara, risiko penyakit jantung, meningkatkan asam urat, hingga penuaan dini.
Prof Ahmad Sulaeman menerangkan bahwa pangan berbasis kedelai berperan penting dalam memenuhi kebutuhan diet masyarakat Indonesia. Menurutnya, dengan meningkatnya harga kedelai belakangan ini, turut menjadi dilematis. Bahkan, selama 30 tahun terakhir, diakui bahwa pangan berbasis kedelai memiliki protein tinggi, lemak sehat, sumber asam lemak esensial terbaik, dan berbagai vitamin mineral bermanfaat lainnya.
“Kita mengalami kerugian manfaat yang baik di kedelai karena kita tidak memanfaatkannya,” kata Prof Ahmad Sulaeman. Kampanye negatif ini diakibatkan munculnya berbagai artikel terkait isu kedelai yang meningkatkan estrogen pada tubuh pria. Padahal, saat ini Amerika Serikat telah beralih menggunakan kedelai sebagai sumber pangan.
“Isu kedelai dapat menurunkan testosteron dan menaikkan estrogen hanyalah mitos. Berdasarkan meta analisis, hasilnya tidak ada efek antara isoflavon kedelai pada level estrogen dan testosteron pada pria,” ungkapnya.
Prof Ahmad Sulaeman melanjutkan, konsumsi suplemen protein kedelai juga memberikan efek signifikan pada massa otot dan kekuatan dibandingkan dengan protein sapi. Berbagai isu bahwa justru phytoestrogen kedelai menyebabkan kanker payudara juga hanya mitos. Prevalensi kejadian kanker payudara terendah justru berada di negara yang mengonsumsi kedelai lebih banyak.
“Asupan kedelai lebih tinggi juga disebutkan ada kaitannya dengan pengurangan sepertiga risiko kanker payudara. Padahal, mengonsumsi kedelai sejak dini merupakan kunci mengurangi risiko kanker payudara,” katanya.
Isu lain terkait phytosterol atau kolesterol nabati pada kedelai dapat memicu kenaikan kolesterol. Namun, konsumsi protein hewani yang diganti dengan protein nabati dari kedelai ternyata menurunkan level kolesterol secara nyata. “Bahkan dengan mengonsumsi 25 gram protein kedelai per hari sebagai bagian diet rendah lemak dan kolesterol dapat mengurangi risiko penyakit jantung,” tambahnya.
Klaim kesehatan ini sudah diakui oleh FDA (Food and Drug Administration) dan beberapa negara termasuk Indonesia. Kedelai juga disebutkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan pencegahan penuaan dini. Isoflavon kedelai mampu mencegah keriput walaupun perlu banyak penelitian lebih lanjut. Ia menambahkan dalam 30 tahun ke depan, penelitian terkait khasiat kedelai akan lebih mencengangkan. (MW)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/guru-besar-ipb-university-tepis-mitos-seputar-kedelai-yang-beredar-di-masyarakat/523f1f4a644bd6cabad22afcb4aede6b