Guru Besar IPB University Sebut Sistem Pemberdayaan Peternak Rakyat Kunci Mewujudkan Industri Peternakan-Kolektif di Indonesia
Dewan Guru Besar (DGB) IPB University bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menggelar webinar dengan tema “Mewujudkan Industri Peternakan-Kolektif di Indonesia melalui Sistem Pemberdayaan Peternak Rakyat (SPPR)”, 14/7. Webinar tersebut menghadirkan empat pembicara dari akademisi, birokrat, politisi, dan pelaku usaha serta empat pembahas yang juga dari unsur akademisi, ilmuwan, pemimpin daerah dan pelaku usaha.
Prof Evy Damayanthi, Ketua DGB IPB University dalam sambutannya mengatakan program Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang dikembangkan sejak 2013 telah menjadi salah satu ‘flag carrier IPB” di segala penjuru pelosok Indonesia. Komunitas peternak rakyat yang menjadi target pembelajaran partisipatif SPR-IPB sering berlokasi di kawasan pedalaman/pinggiran yang jauh dari pusat kecamatan. Hal ini menjadi penting bagi IPB University sebagai lembaga pendidikan yang berspesifikasi khusus bidang pertanian.
“Terbentuknya perkumpulan Solidaritas Alumni SPR Indonesia (SASPRI) untuk menampung para komunitas peternak rakyat binaan SPR-IPB tersebut menjadi embrio lahirnya Sistem Pemberdayaan Peternakan Rakyat (SPPR). Ini merupakan paradigma baru dalam membangun industri peternakan berbasis sinergi tetra helix yang meliputi Academician, Businessman, Government, and Community (ABGC),” terangnya.
Pembahasan dalam kegiatan ini dilakukan untuk menindaklanjuti policy brief paradigma baru pembangunan peternakan di Indonesia. Pandangan dan pemikiran dari beragam perspektif dan kepentingan yang dihasilkan dari webinar ini, diyakini akan memperkaya draft naskah akademis “Pembangunan industri Peternakan Kolektif Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia” yang segera disusun setelah webinar ini.
Prof Muladno, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan menyebutkan terdapat dua kata kunci yakni SPPR dan industri peternakan kolektif untuk mewujudkan kedaulatan pangan asal ternak di Indonesia. Berdasarkan catatan, terdapat 98 persen pemilik ternak lokal dan ternak asli adalah komunitas peternak rakyat. Hanya dua persen saja yang dimiliki industri, oleh karena itu bila ingin berdaulat pangan menggandeng komunitas peternak rakyat.
Menurutnya, industri peternakan kolektif ini sangat penting untuk diterapkan karena komunitas peternak rakyat tinggal di negara kepulauan terbesar dan satu-satunya di dunia. Banyak penduduk dengan kepemilikan lahan sempit. Skala kepemilikan ternak kecil dan tidak mungkin ditingkatkan untuk semua peternak. Setiap komunitasnya juga memiliki adat dan kebiasaan yang relatif sama.
“Keunikan-keunikan ini sebenarnya merupakan kekuatan kita untuk membangun industri peternakan kolektif. Dengan kolektif juga mereka dapat memiliki posisi tawar yang tinggi dan menjadi diperhitungkan oleh semua pihak,” ujar Prof Muladno.
Ia menjelaskan, dalam membangun industri ini harus melibatkan minimal empat unsur tetra heliks. Di antaranya pemerintah daerah sebagai regulator dan fasilitator, perguruan tinggi sebagai educator, motivator, dan mentor, pebisnis sebagai off-taker dan penggerak ekonomi.
“Yang terakhir dan terpenting adalah komunitas peternak rakyat, sebagai aktor terpenting dalam mewujudkan kedaulatan pangan asal ternak dan harus disetarakan posisi dan kedudukannya dengan tiga unsur lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan, tiga aspek yang dibekali melalui SPR yakni perubahan pola pikir, pemahaman bisnis kolektif berjamaah, dan penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Dimotori oleh sembilan orang peternak sebagai pemimpin kolektif bagi komunitas peternak rakyat. Setelah lulus, alumni peternak akan ditampung dalam lembaga SASPRI untuk membantu peternak memperoleh mitra bisnis dan membuka jaringan ke semua pihak untuk membangun kemitraan dengan sesama alumni.
“Program pendampingan peternak ini membutuhkan waktu enam tahun supaya bisa membentuk peternak kecil menjadi mandiri, berdaya saing dan berdaulat. Perubahan yang terjadi di komunitas peternakan rakyat melalui SPPR disebut sebagai revolusi mental berbasis iptek. Terbukti bahwa peternak rakyat dapat berubah melalui SPPR menjadi pengusaha ternak kolektif yang lebih profesional,” tandasnya. (MW/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/07/guru-besar-ipb-university-sebut-sistem-pemberdayaan-peternak-rakyat-kunci-mewujudkan-industri-peternakan-kolektif-di-indonesia/f964f6528c732f1b46286077c7c91805