0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Sebut Transformasi Sistem Pangan Harus Menjadi Fokus Saat Krisis Pangan

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Sebut Transformasi Sistem Pangan Harus Menjadi Fokus Saat Krisis Pangan

Artikel / Press release

Dewan Guru Besar (DGB) IPB University kembali menggelar serial Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Rumusan Kebijakan untuk Antisipasi Krisis Pangan” secara daring Jum’at (25/03). Ketua DGB, Prof Evy Damayanti mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan respon DGB IPB University terhadap persoalan pangan di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali informasi fenomena kenaikan harga bahan pangan dan titik kritis penyediaan pangan untuk komoditas kedelai, minyak goreng dan daging.

“Kami berupaya agar persoalan pangan ini dikaji dari berbagai sudut pandang secara menyeluruh. Sehingga policy brief sebagai luaran dari FGD ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dari para guru besar secara efektif,” pungkasnya.  Policy brief (usulan kebijakan) ini, lanjutnya, akan disusun untuk jangka pendek pada tiga bulan ke depan. Usulan ini diharapkan dapat dirilis sebelum bulan puasa. Sedangkan usulan jangka panjang diharapkan dapat dirilis dalam waktu tidak terlalu lama.

“Kebijakan pemerintah mengatasi krisis pangan dapat berdasarkan kajian para pakar sehingga lebih tepat mengenai sasaran,” tambahnya.

Prof Damayanti Buchori, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University menjadi pembicara utama. Ia membahas terkait pembangunan pertanian berkelanjutan untuk penyediaan pangan nasional.  Menurutnya, saat ini sistem pangan global dianggap gagal karena masih tingginya angka kelaparan dan defisiensi nutrisi. Padahal stok pangan yang ada dapat menghidupi seluruh masyarakat dunia. Isu ini perlu menjadi fokus sistem pangan agar mampu memberikan akses pangan bagi semua orang. Terlebih adanya isu ekologi hingga persoalan sosial ekonomi yang turut memperkeruh permasalahan.

“Sistem pangan mencakup semua dimensi kehidupan, sehingga persoalan pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan juga harus dilihat sebagai kesatuan sistem,” sebut Prof Damayanti.  Menurutnya, sistem pangan memiliki berbagai perspektif sehingga kompleksitasnya harus dipelajari. Dalam membangun transformasi sistem pangan, isu strategis dunia juga harus turut dilirik.

“Pengembangan dasar transformasi sistem pangan memperhatikan tiga isu. Isu tersebut adalah perubahan iklim, keadilan sosial ekonomi, serta kesehatan dan nutrisi,” imbuhnya.
Ia menambahkan, keterkaitan antara Sustainable Development Goals (SDGs) dan komponen sistem pangan juga krusial. Faktor-faktor SDGs turut mempengaruhi komponen sistem pangan. Analisisnya harus dilakukan secara holistik untuk mendapatkan luaran yang diinginkan. Indonesia juga perlu membangun kerjasama global untuk membentuk aliansi global demi membangun transformasi sistem pangan.

“Meski situasi sistem pangan Indonesia dinilai relatif stabil untuk produksi pangan, namun biaya produksi turut meningkat. Produksi pangan juga masih berfokus pada beras sehingga konsep swasembada pangan bukan berfokus pada nutrisi,” jelasnya.

Ia menjelaskan Indonesia harus mulai memikirkan transformasi pertanian berkelanjutan, produksi pertanian berkelanjutan serta produksi kesehatan dan nutrisi berkelanjutan.
Menurutnya, tantangan transformasi sistem pangan masih berpusat pada ketahanan pangan yang berbasis komoditas. Kini harus beralih menjadi sistem pangan berbasis nutrisi. Pemerintah harus menemukan model yang tepat bagi negara kepulauan karena berkaitan dengan sistem logistik.

“Ditambah lagi adanya belenggu pendekatan sektoral akibat cara berpikir linier. Ini harus diubah untuk memikirkan kompleksitas sistem pangan. Model rural-urban linkage untuk sistem pangan juga belum banyak. Tantangan lain seperti masih rendahnya literasi pangan sehat serta ekosistem bisnis hilir belum terbangun dengan baik, juga menjadi momok tersendiri. Bahkan, sistem pangan juga masih dijadikan arena kontestasi politik,” tuturnya.

Ia menambahkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) telah mengajukan ide untuk mengadopsi sistem pangan yang berkelanjutan dan resilien. Ide ini dapat melahirkan transformasi sistem pangan berbasis regional.

“Dilanjutkan dengan perubahan moda produksi, reorientasi atas reformasi kebijakan subsidi input menuju keberlanjutan, mengurangi susut dan limbah pangan, dan mendorong konsumsi yang lebih berkelanjutan. Ide ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pemikiran bersama dalam menghadapi krisis pangan saat ini,” tandasnya. (MW/Zul)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/guru-besar-fakultas-pertanian-ipb-university-sebut-transformasi-sistem-pangan-harus-menjadi-fokus-saat-krisis-pangan/5a5c867511f851a89aace0cc8dc0e35a

× Butuh bantuan?
Skip to content