0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Forum Wacana IPB University Membongkar Fakta di Balik Konflik Agraria Wadas

Forum Wacana IPB University Membongkar Fakta di Balik Konflik Agraria Wadas

Artikel / Press release

Forum Mahasiswa Pascasarjana atau Forum Wacana (FW) IPB University menggelar Forum Wacana Discussion VI, 23/2. Diskusi ini berupaya membongkar fakta di balik konflik agraria yang terjadi di Wadas. Narasumber yang diundang yaitu Julian Duwi Prasetia, aktivis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Dr Soeryo Adiwibowo, pakar lingkungan dan agraria IPB University, serta Prof Suteki, pakar hukum dari Universitas Diponegoro.

Isu konflik agraria di Wadas memanas sejak Februari lalu. Saat itu, terjadi tindak kekerasan oleh aparat kepada warga Wadas dengan dalih pengukuran tanah. Peristiwa tersebut membuat trauma warga setempat. Namun demikian, warga Wadas tidak menolak pembangunan bendungan Bener, tetapi mereka menolak penambangan quarry yang berpotensi merusak tanah mereka.

Dalam pemaparannya, Julian mengatakan, berdasarkan analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Wadas memang pilihan yang lebih ekonomis. Hal ini karena pengeluaran hanya terkait pembuatan akses jalan dan pembebasan tanah saja.

Menurut Julian, pemerintah memilih Wadas karena dinilai lebih hemat biaya. Padahal, banyak aspek yang membuat warga Wadas menolak tambang. Alasan penolakan tersebut antara lain adalah pembukaan tambang akan mengurangi kesuburan tanah, mematikan mata air, dan berpotensi menyebabkan longsor. “Wadas sebenarnya bukan satu-satunya pilihan penambangan, ada alternatif lain,” kata Julian.

Hal senada juga disampaikan oleh Prof Suteki. Ia mengatakan, “Pembangunan fisik memang tidak boleh hanya mengandalkan persoalan ekonomi, tetapi harus memerhatikan aspek sosial dan budaya, serta persoalan ekologi.”

Prof Suteki berharap, pemerintah dapat lebih memerhatikan kesejahteraan rakyat terutama di kalangan bawah.

Sementara, Dr Soeryo Adiwibowo, pakar lingkungan dan agraria dari IPB University mengungkapkan, alternatif yang dapat diambil adalah menambang di kawasan kali Opak Serayu. “Batu-batu dari letusan gunung semeru terhampar banyak, termasuk di kali Opak Serayu,” katanya.

Dosen IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat ini menjelaskan, penambangan di kali Opak Serayu dapat mengurangi konflik dengan masyarakat. Namun, biaya yang diperlukan memang banyak sebagai risiko pembangunan yang mengakomodir semua kepentingan.

Dr Soeryo Adiwibowo juga menyarankan, hendaknya penambangan tidak hanya mempertimbangkan masalah ekonomi. Tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial, budaya, dan ekologi.

“Apabila pemerintah berorientasi kepada rakyat, tambahan biaya semestinya tidak menjadi masalah, karena pemerintah melihat keberlanjutan program, agar program berjalan tanpa ada pihak yang dirugikan,” pungkasnya.
(*)

Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/03/forum-wacana-ipb-university-membongkar-fakta-di-balik-konflik-agraria-wadas/7eb3e8d7bdee725382741bd5fef058fd

× Butuh bantuan?
Skip to content