0251- 8622642 ex 105 ppid@apps.ipb.ac.id

Dr Swastiko Priyambodo Berikan Solusi Atasi Ancaman Hama Tikus Bagi Padi Sawah

Dr Swastiko Priyambodo Berikan Solusi Atasi Ancaman Hama Tikus Bagi Padi Sawah

Artikel / Press release

Hama tikus masih menjadi ancaman bagi pertanian Indonesia. Tindakan pengendalian terpadu merupakan jalan keluar yang dianggap cocok untuk menekan kehilangan hasil.

Dr Swastiko Priyambodo, Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman – Fakultas Pertanian menjelaskan bahwa berdasarkan relief pada Candi Borobudur, menunjukkan bahwa tikus sudah menjadi hama padi sejak dulu kala. Artinya, kata dia, hingga kini hama tikus mampu bertahan dan melawan setiap tindakan pengendalian.

Dalam manajemen tikus, dosen IPB University itu menjelaskan bahwa terdapat tiga kata kunci. Pertama, keterpaduan berbagai metode pengendalian mulai dari sanitasi, kultur teknis, fisik, mekanis, biologi dan kimia yang dipadukan dan kompatibel. Kedua adalah kebersamaan dalam pengendalian populasi hama tikus sawah. Ketiga adalah keberlanjutan, maksudnya, upaya pengendalian pada setiap musim tanam terus dilakukan.

Pakar tikus dari IPB University itu melanjutkan, manajemen populasi tikus secara non kimia tapi toksik biasanya menggunakan protozoa. Namun demikian, cara ini agak sulit diterapkan di lapangan dan terbilang mahal. Metode ini juga masih kalah saing dengan rodentisida kimia yang lebih murah dan dijual bebas di pasaran.

Sebaliknya, manajemen kimia namun non toksik menggunakan rodentisida seperti Rodol tidak terlalu efektif. Ia menyebut, keefektifannya sudah diuji di IPB University bahwa tikus tidak terlalu suka dengan umpan tersebut.

“Alternatifnya, manajemen tikus dilakukan dengan kultur teknis yakni dengan metode budidaya tertentu. Misalnya seperti trap crop dan push-pull system repellent,” kata Dr Swastiko Priyambodo, dalam Webinar Propaktani “Ayo Kendalikan Tikus “ yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, 4/7.

Sayangnya, kata dia, kedua metode ini tidak dapat digabungkan pada hamparan padi. Metode budidaya lainnya yakni dengan tumpangsari padi gogo dan palawija atau pohon buah, sistem jajar legowo, atau  tanam padi serempak pada area sawah.

Ia menyebut, tanam padi serempak ini dapat dikembangkan sebagai agroekowisata pada hamparan sawah. IPB University dan mahasiswanya juga telah mencoba mengembangkan hamparan sawah menjadi agroekowisata bersama pemerintah Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Dr Swastiko menjelaskan, upaya manajemen lainnya yakni dengan cara sanitasi atau bersih lingkungan. Hal ini karena lingkungan buruk akan menjadi tempat menyenangkan bagi tikus.

Sementara, manajemen tikus cara fisik atau mekanis dapat dilakukan dengan  mengintegrasikan teknologi terkini seperti Internet of things (IoT). Menurutnya, aplikasi handphone dapat mendeteksi perangkap yang berhasil menangkap tikus. Namun biaya operasional cenderung mahal, tidak seperti pengedalian hayati dengan musuh alami seperti Tyto alba, musang atau garangan, dan ular tikus.

Umumnya, petani juga menggunakan rodentisida sebagai umpan beracun. Tidak hanya itu, petani juga mengkreasikan rodentisida dari tumbuhan yang dapat meracuni tikus.  “Kreasi petani untuk berinovasi sangat saya dukung, namun perlu diingat tikus sifatnya melawan, belum tentu tikus yang tersisa mau memakan umpan tersebut. Di lapangan banyak tersedia makanan yang lain. Namun upaya ini harus tetap didukung agar tidak lagi ketergantungan pada industri pestisida,” katanya.

Ia juga menghimbau agar petani juga harus waspada pada rodentisida illegal karena sangat toksik dan berbahaya bagi konsumen dan petani. Rodentisida ini memang sangat murah dan terbukti ampuh, namun seharusnya tidak digunakan sembarangan.

Ia menambahkan bahwa terdapat tiga faktor dalam manajemen tikus. Di antaranya faktor ekologi, faktor ekonomi, dan faktor sosiokultural. Selain memperhatikan lingkungan dan biaya, pengendalian hama tikus juga harus memberikan dampak sosial yang positif terhadap masyarakat. (MW/ra)

Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/07/dr-swastiko-priyambodo-berikan-solusi-atasi-ancaman-hama-tikus-bagi-padi-sawah/de18bb05f081a3553cafd1bab57e5164

× Butuh bantuan?
Skip to content