Dr Istiqlaliyah Muflikhati Bahas Strategi Menabung untuk Generasi Sandwich
Generasi sandwich adalah kondisi ketika generasi muda (orang dewasa) harus membiayai dua generasi lainnya yaitu anak-anak dan generasi tua, disamping tentunya membiayai dirinya sendiri. Artinya generasi muda tersebut selain membiayai diri sendiri dan pasangannya, juga membiayai anak-anaknya serta orang tua atau mertuanya. Dengan demikian generasi sandwich memiliki beban finansial yang lebih besar dari pada generasi muda pada umumnya yang hanya membiayai diri sendiri dan keluarga intinya.
Dr Istiqlaliyah Muflikhati, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK Fema) IPB University menjelaskan bahwa jika berada dalam posisi ini, hal yang terpenting adalah adanya perencanaan dalam pengelolaan keuangan. Salah satu bentuknya adalah dengan menabung.
“Sebenarnya menjadi generasi sandwich itu dianggap beban atau tidak tergantung dari mindset kita. Jika dianggap beban akan menjadi beban, sebaliknya jika dianggap sebagai ibadah, maka akan terasa ringan atau biasa saja. Kalau memberi nafkah kepada anak dan isteri merupakan suatu kewajiban dan nafkah yang paling utama menurut agama, maka memberi nafkah kepada orang tua, juga tidak kalah utamanya karena merupakan salah satu perwujudan bakti kepada orang tua,” ungkapnya.
Dr Istiqlaliyah melanjutkan bahwa memberi nafkah kepada orang tua akan memperlancar rizki. Kuncinya adalah memiliki perencanaan keuangan yang baik sejak muda.
“Disamping generasi sandwich (daging di antara dua roti), sekarang juga masih banyak generasi muda yang masih menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya (daging di atas dua roti). Hal tersebut seharusnya tidak terjadi, jika sejak muda sudah melakukan manajemen keuangannya dengan baik, salah satunya dengan rutin menabung,” jelasnya.
Adapun strategi menabung yang ditawarkan oleh Dr Istiqlaliyah adalah sebagai berikut:
Pertama, mengganti paradigma dari “menabung itu kalau ada sisa” menjadi “pendapatan harus disisihkan dulu untuk tabungan baru untuk pengeluaran lainnya”.
“Jadi kuatkan tekad untuk menyisihkan sebagian (10 persen atau berapa saja) setiap memperoleh pendapatan untuk ditabung. Prinsip alokasi pendapatan adalah 3 S. Yaitu spending (pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari), saving (menabung atau investasi) dan sharing (berbagi, atau sedekah, infaq dan lain-lain yang akan menjadi tabungan untuk akhirat). Jadi gemar menabung tidak harus menjadi pelit. Yakinlah bahwa berbagi itu pasti akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik,” imbuhnya.
Kedua, lanjutnya, agar bisa menabung, pengeluaran harus lebih kecil dari pendapatan (tidak besar pasak daripada tiang). Mendahulukan kebutuhan daripada keinginan
“Ketiga, usahakan untuk mencatat pengeluaran dan pendapatan. Jangan tergoda dengan iming-iming pay later atau utang, karena umumnya utang itu ada biaya atau bunganya,” terangnya.
Menurutnya, kita bisa menabung di tempat yang tidak mudah diambil, misal celengan dari kaleng atau membuka rekening tabungan di bank yang tidak ada Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
“Mulai berinvestasi. Sekarang banyak tersedia aplikasi yang memungkinkan anak muda untuk menginvestasikan uangnya dengan jumlah yang terjangkau. Tapi perlu dipelajari dulu aplikasi yang sudah aman atau yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” tuturnya.
Ketujuh, imbuhnya, mengajarkan atau menyosialisasikan manajemen keuangan kepada anak sejak dini, sehingga akan menjadi kebiasaan yang baik.
“Strategi ini dapat dilakukan oleh siapapun, artinya tidak hanya untuk seluruh generasi sandwich. Sebab menabung, bukanlah sebagai suatu trend namun juga kebutuhan untuk mempersiapkan hari tua agar nantinya tidak membebani anak atau orang lain,” tandasnya. (SMH/Zul)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/dr-istiqlaliyah-muflikhati-bahas-strategi-menabung-untuk-generasi-sandwich/1b5c243314f81de0c9a5622484676720