Perhutanan sosial merupakan wajah baru pengelolaan hutan produksi di desa pinggiran hutan. Tim Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University mengadakan kegiatan Pengembangan dan Pemasaran Produk Perhutanan Sosial di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, 13-17/7.
Ketua Tim Dospulkam IPB University untuk Perhutanan Sosial Kabupaten Banyuwangi, M Agung Zaim Adzkiya menyebut, potensi perhutanan sosial sangat menjanjikan, mengingat Kabupaten Banyuwangi memiliki luas areal hutan lebih dari 110 ribu hektar. Dengan luasan area yang memadai, dapat menghasilkan beragamnya produk kehutanan seperti getah karet dan pinus. Selain itu, perhutanan sosial juga dapat menghasilkan produk pangan diantaranya singkong, jagung, kakao, kopi ginseng porang dan lain sebagainya.
“Pengembangan produk pangan perlu ditingkatkan. Sehingga masyarakat tidak hanya menjual produk pangan segar saja, namun berupa produk setengah jadi atau bahkan produk jadi. Upaya ini untuk meningkatkan nilai tambah bagi hasil perhutanan sosial, sehingga masyarakat di sekitar pangkuan hutan dapat lebih sejahtera,” ujarnya saat pelatihan di Pendopo Desa Jambewangi, Kabupaten Banyuwangi.
Ia menguraikan, terdapat tiga kegiatan utama dalam program Dospulkam ini, yaitu pengembangan produk pangan, pemasaran produk dan penguatan kelembagaan. Menurutnya, penguatan kelembagaan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kelembagaan, baik di tingkat Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) maupun Satuan Kerja (satker) di bawah LMDH.
Dr Soni Trison, Dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan yang juga anggota Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) Perhutanan Sosial menuturkan, kelembagaan yang kuat dan saling mendukung akan meningkatkan kualitas, akuntabilitas dan sustainability lembaga perhutanan sosial. Di sisi lain, masyarakat disekitar hutan juga perlu dilakukan pemetaan guna mensinergikan kekuatan pengetahuan dan pengalaman dari generasi sebelumnya kepada generasi milenial.
“Hasil pelatihan kelembagaan menyepakati dibentuknya klaster generasi milenial yang akan berfokus pada pengembangan produk pangan dan olahannya serta digital marketing. Sedangkan generasi pendahulu lebih fokus dalam peningkatan kualitas dan kuantitas serta keragaman hasil hutan perhutanan sosial,” jelas Dr Soni.
Medhanita Dewi Renanti, SKom, MKom, Dosen Sekolah Vokasi IPB University mengungkapkan, kendala yang dihadapi masyarakat secara umum adalah rendahnya harga jual produk. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak atau belum sepenuhnya mengetahui akses pasar untuk menjual produk dengan harga yang layak.
“Kendala ini kami coba untuk selesaikan dengan melakukan pelatihan digital marketing kepada anggota LMDH Mitra Hutan Lestari dan LMDH lain di sekitarnya, sehingga akses pasar terbuka lebar,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Jambewangi Maskur, SAg dalam menekankan kepada seluruh anggota dan pengurus LMDH untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari dosen IPB University, sehingga mereka dapat mengembangkan produk, meningkatkan kualitas kelembagaan maupun memperluas jangkauan pemasaran. Ia turut mendukung kegiatan ini dengan dibukanya akses penggunaan fasilitas fisik maupun non fisik di Desa Jambewangi.
Kegiatan juga didukung oleh Perum Perhutani Banyuwangi Barat, Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Banyuwangi sebagai mitra strategis IPB University pada pengembangan usaha perhutanan sosial. Sugeng, perwakilan Perum Perhutani mengatakan, kawasan perhutanan sosial akan mampu menjadi kawasan penyangga ketahanan pangan selain menjaga kelestarian lingkungan.
“Petani di Kawasan pangkuan hutan desa perlu didukung sehingga mampu mengurangi dampak negatif dari perambahan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tandasnya. (*/Rz)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/dosen-pulang-kampung-ipb-university-tingkatkan-kemampuan-petani-perhutanan-sosial-di-banyuwangi/986645eda4feb25f2dce2a73536fad6c