Dosen IPB University Bahas Pentingnya Riset Bagi Pengembangan Ekonomi Biru di Indonesia

Dr Taryono Kodiran, Dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan diundang dalam Webinar Lecture and Learning Session Program Studi Magister (S2) Pengelolaan Sumber Daya Alam Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas untuk membahas konsep Ekonomi Biru, (18/05). Dalam kegiatan ini, ia mengatakan bahwa revolusi sistem ekonomi dan produksi pangan global memberikan peluang terhadap konsep revolusi biru. Revolusi biru mendorong ekonomi berbasis potensi laut.
Menurutnya, Indonesia telah memiliki kebijakan terkait ekonomi biru dan tercermin dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2014 tentang kelautan. “Penekanannya pada inovasi berkelanjutan dan mampu mendukung dan menjaga fungsi ekosistem laut,” ujarnya. Ia memberikan catatan penting bahwa tantangan terbesar ekonomi biru adalah memanfaatkan laut secara lebih berkelanjutan. Ekosistem laut harus memiliki nilai ekonomi dan aktivitas dalam bentuk barang maupun jasa lingkungan. Konsep ini juga harus berfokus pada inklusivitas.
Ia menambahkan, modal berupa sumberdaya laut, keberlanjutan dan sosial ekonomi menjadi dasar dari eknomi biru yang berkelanjutan. Riset bersama memiliki kewajiban agar modal tersebut bisa termanfaatkan dengan baik. “Hasil riset juga harus mampu menjamin aspek keberlanjutan sehingga perlu penguatan kelembagaan yang mampu membawa fungsi-fungsi modal tersebut berjalan sesuai yang diharapkan. Utamanya semua pihak berperan untuk menjamin keberlanjutan dari setiap hasil riset ekonomi biru,” terangnya.
Ia menjelaskan, tingkat pembangunan ekonomi biru ini juga dapat diukur dengan menggunakan Blue Economy Development Index (BEDI). Beberapa indikator yang digunakan berupa modal sumberdaya laut, faktor pendukung, modal sosial serta pertumbuhan yang berkelanjutan.
Indeks ini dapat mengukur tingkat kesiapan pembangunan ekonomi biru di Indonesia.
Menurutnya, konsep ekonomi biru dapat diterapkan seperti kawasan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Mengingat bahwa laut memiliki karakteristik dan sistem yang mungkin bisa dipilah-pilah. Sektor-sektor ekonomi biru yang masih berkembang seperti budidaya perikanan hingga jasa dan produk laut berteknologi tinggi juga membutuhkan keterlibatan berbagai pihak.
Ia turut menyebutkan bahwa estimasi investasi di sektor maritim membutuhkan kurang lebih 350 triliyun rupiah. Sedangkan investasi yang digelontorkan pemerintah masih jauh dari cukup. Mekanisme pembiayaan lain seperti Corporate Social Responsibility (CSR) atau crowd funding maupun bentuk lainnya diharapkan mampu menambal kekurangan investasi tersebut.
“Kita perlu menarik investor agar termotivasi mengembangkan ekonomi biru ini. Tentu otoritas yang seharusnya mampu melakukan hal ini, baik dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Pola-pola pembiayaan ini perlu didukung oleh legislasi dan kelembagaan yang kuat,” tambahya.
Menurutnya, pemerintah harus memiliki rencana besar untuk mengembangkan ekonomi biru di kawasan laut yang cenderung tidak bersahabat. Berbagai riset terkait sektor ekonomi biru juga perlu didorong, terutama terkait pola-pola yang cocok dikembangkan di tingkat masyarakat. Harapannya, modifikasi dan inisiasi oleh masyarakat dapat tumbuh dengan sendirinya. (MW/Zul)
Sumber : https://www.ipb.ac.id/news/index/2022/05/dosen-ipb-university-bahas-pentingnya-riset-bagi-pengembangan-ekonomi-biru-di-indonesia/00fb53cfd27dca4913b69f04cf9ac772