Demi bekali ilmu wirausaha dan marketing dalam sektor pertanian, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier IPB University mengadakan Sosialisasi Nasional Studi Independen “Be A Digital Exporter”, (27/7). IPB University mengajak khususnya para mahasiswa untuk menjadi petani milenial dan dapat melebarkan pasarnya ke ranah internasional. Mahasiswa akan diberikan ilmu terkait ekspor dan cara mengembangkan jejaring ke buyer luar negeri.
Dr Handito Joewono, Kepala Sekolah Ekspor mengatakan dalam sambutannya bahwa IPB University memiliki program unggul seperti One Village One CEO (OVOC) dan merupakan langkah yang baik. “Sekolah Ekspor ingin mendukung dan berkolaborasi bersama IPB University untuk mencetak para eksportir baru dari pedesaan. Baik mahasiswa dari IPB University maupun perguruan tinggi seluruh Indonesia diharapkan dapat mengikuti program “Be A Digital Exporter” yang merupakan program kampus merdeka. Sekolah Ekspor telah membuka pendaftaran untuk angkatan ke-3 dan akan ada 500 mahasiswa yang diterima untuk semester ke depan,” ujarnya.
Dikatakannya, Sekolah Ekspor berharap dapat menempatkan program ekspor ini untuk menggali potensi yang ada di Indonesia. “Walau ekspor bersifat global, tapi global yang nasionalis itu yang ingin kita angkat dalam program kita, sekaligus kita padukan dengan bagaimana digitalisasi akan membantu program ini,” terangnya. Ia juga turut mengapresiasi seluruh jajaran IPB University terkait kerjasama program ini.
Dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Sekolah Ekspor dengan OVOC IPB University tentang pengembangan ekosistem bisnis desa berorientasi ekspor. Dengan mengundang Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University, Prof Drajat Martianto dan Kepala Sekolah Ekspor, Dr Handito Joewono. Penandatanganan ini turut disaksikan oleh Direktur Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier dan Asisten Direktur Pengembangan Karir IPB University.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University juga mengatakan bahwa ia sangat mengantisipasi partisipasi mahasiswa di Indonesia untuk ikut bergabung dalam program ini. Terutama di tengah krisis geopolitik dan stok pangan global semakin terancam. Generasi muda sangat diharapkan kehadirannya untuk membantu mengantisipasi krisis ini bila terjadi lonjakan harga pangan.
Menurutnya, perguruan tinggi seperti IPB University memiliki mandat untuk bertanggung jawab agar dapat menghasilkan langkah produktif di bidang agromaritim. Langkah produktif ini dapat diperkuat dengan kemajuan teknologi, inovasi, dan Sumberdaya Manusia (SDM) unggul.
“Produktivitas ini hanya dapat dipacu dengan kedua hal tersebut, namun demikian SDM menjadi sebuah kekuatan dahsyat untuk mengelola sumberdaya negaranya dan hal ini diharapkan datang dari para mahasiswa,” ujarnya. Melalui program ini, imbuhnya, para mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan dalam berbisnis produk pertanian dan memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat. Sebagai universitas techno sociopreneur, IPB University juga ingin mencetak technopreneur dan sociopreneur unggul.
Menurutnya, lulusan dapat menjadi wirausahawan yang berbasis pada pengembangan inovasi maupun sosial. Program OVOC menjadi salah contoh program IPB University dalam pengembangan teknologi pertanian hingga pasar menuju ekspor bersama masyarakat. “Maka dari itu saya yakin dengan adanya Sekolah Ekspor ini maka mahasiswa dapat mengembangkan bakat di bisnis dengan dorongan kemauan yang besar. Forum Sekolah Ekspor ini penting juga untuk menginspirasi dan menyemangati para mahasiswa dalam membangun jejaring sebagai kekuatan bisnis,” tambahnya. (MW/Zul)
Sumber : https://ipb.ac.id/news/index/2022/07/dorong-mahasiswa-sebagai-digital-exporter-ipb-university-bersama-sekolah-ekspor-bangun-program-kolaborasi/15e35a8c3d4d1933d24fe5a726254ee7